KATA
PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan
YME, yang hanya atas ijin-Nya, maka Buku Teknik Mekanik Jurusan Teknik
Pendingin dan Tata Udara Politeknik Sekayu dapat selesai disusun dengan baik.
Buku
Teknik Mekanik Jurusan Teknik Pendingin dan Tata Udara disusun sedemikian rupa
agar mahasiswa mampu memahaminya baik secara teori maupun dalam prakteknya
mengenai apa yang dibahas pada buku ini.
Buku
Teknik Mekanik ini disusun berdasarkan materi-materi yang telah diajarkan oleh
dosen pembimbing .Dan saya menyadari sepenuhnya bahwa buku ini tidak
mungkin dapat disusun dengan baik tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari
beberapa pihak. Ucapan terimakasih kepada:1. Ahmad Junaidi,ST.,MT. Selaku dosen
pembimbing Mata Kuliah Teknik Mekanik .2. Seluruh pihak yang telah membantu.Demikian
buku ini saya susun, semoga dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi
kasempurnaan buku ini.
Sekayu,
16 Februari 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................
Daftar Isi........................................................................................................
BAB
I.PENDAHULUAN..............................................................................
1.1.Latar Belakang..............................................................................
1.2.Tujuan Penyusunan.......................................................................
BAB II.RUANG
LINGKUP KERJA PELAT............................................
2.1. Pengertian, Macam, dan Hasil
Industri Kerja Pelat.....................
2.2. Macam-macam Bahan Untuk
Pekerjaan pada Kerja Pelat..........
BAB III.PERALATAN TANGAN..............................................................
3.1. Alat-alat Ukur dan Gambar..........................................................
3.2. Jenis Sambungan..........................................................................
BAB IV.MESIN-MESIN KERJA PELAT.................................................
4.1.Mesin-Mesin Kerja Pelat
.........................................................
BAB V.PENGERJAAN PELAT..................................................................
5.1.Pengerjaan Pelat............................................................................
BAB VI.MENGENAL PROSES FRAIS (MILLING)...............................
6.1.Pengertian Proses Frais
(Milling).................................................
6.2.
Klasifikasi Proses Frais................................................................
6.3. Metode Proses
Frais.....................................................................
6.4.
Jenis Mesin Frais..........................................................................
6.5.
Parameter yang Dapat Diatur pada Mesin Frais..........................
6.6.
Geometri Pisau Frais....................................................................
6.7.
Peralatan dan Asesoris untuk Memegang Pisau Frais.................
6.8.
Alat Pencekam dan Pemegang Benda Kerja pada Mesin Frais...
6.9. Elemen Dasar
Proses Frais...........................................................
6.10. Pengerjaan
Benda Kerja dengan Mesin Frais............................
BAB
VII.ISTILAH PADA MINYAK PELUMAS.....................................
7.1.Istilah
Pada Minyak Pelumas........................................................
BAB
VIII.TEKNIK PEMESINAN..............................................................
8.1.Konsep Proses Manufaktur...........................................................
8.2.Konsep Dasar Proses Pemesinan..................................................
8.3.Keuntungan Dan Kelemahan Proses Pemesinan..........................
8.4.Variabel-Variabel
Pemotongan.....................................................
8.5.Konsep Mekanika
Pembentukan Geram (Chip Formation)..........
8.6.Jenis-jenis Bentuk Geram.............................................................
8.7.Proses Permesinan Benda Bentuk Bulat.......................................
BAB
IX.MESIN BUBUT..............................................................................
9.1.Komponen-Komponen
Utama......................................................
9.2.Parameter Proses Bubut................................................................
9.3.Material Remove Rate
(Jumlah Bahan Terbuang)........................
9.4.Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
Perencanaan Proses Bubut.......
BAB
X.PROSES PERMESINAN................................................................
10.1.Proses Drilling............................................................................
10.2.Proses gun-drilling......................................................................
10.3.Proses Reaming...........................................................................
10.4.Proses Tapping............................................................................
10.5.Proses Permesinan Berbagai Bentuk Komponen........................
10.6.Proses Milling.............................................................................
BAB
XI.MESIN GERINDA PERMUKAAN.............................................
11.1 Definisi
Mesin Gerinda...............................................................
11.2
Jenis-Jenis
Gerinda.....................................................................
11.3
Batu Gerinda...............................................................................
11.4
Prinsip kerja mesin gerinda.........................................................
11.5
Fungsi Mesin Gerinda.................................................................
11.6
Alat-Alat Perlengkapan...............................................................
|
I
II
1
1
1
2
2
2
4
4
8
9
9
12
12
15
15
16
17
18
20
22
25
27
31
32
41
41
43
43
50
51
51
53
53
60
62
62
63
64
68
70
70
72
74
75
75
76
82
82
82
91
94
95
96
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi
telah berkembang dengan pesat. Kemajuan ini juga merambah dunia industri
manufaktur. Sebagai contoh dari kemajuan tersebut, mesin produksi atau mesin
perkakas sudah banyak menggunakan teknologi tinggi seperti mesin bor dan mesin
gergaji. Untuk itu sangatlah diperlukan kemampuan dalam menggunakan alat-alat
tersebut. Dalam hal ini mata kuliah teknik mekanik sangat diperlukan untuk
membantu mahasiswa memahami teknik mekanik baik secara teori serta
mengaplikasikan teori tersebut.
Mata kuliah
Teknik Mekanik merupakan teori dasar yang diajarkan kepada mahasiswa jurusan
Teknik Pendingin dan Tata Udara untuk memahami dan biasa mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan bengkel mekanik. Dimana
pekerjaannya menggunakan alat-alat yang dioperasikan secara manual. Setelah
melaksanakan praktek ini, Mahasiswa/praktikan diharapkan mempunyai ketrampilan
maupun kemampuan pengetahuan dalam bidang kerja bangku dan sejenisnya.
Untuk lebih mewujudkan hal-hal diatas, aktivitas terbesar dilakukan oleh
mahasiswa /praktikan sedangkan instruktur/ Dosen pembimbing hanya memberikan
penjelasan/bimbingan apabila dianggap perlu untuk diketahui. Oleh karena itu
disusunlah buku ini dengan harapan agar dapat membantu mahasiswa dalam memahami
teori-teori teknik mekanik .
1.2. TUJUAN
PENYUSUNAN
Tujuan penyusunan buku ini
adalah :
-
Pembaca dapat memahami cara
menggunakan alat-alat mekanik baik secara teori maupun maupun dalam prakteknya
-
Pembaca dapat memahami secara teori
bagaimana cara memubut , mengrinda , memotong dan lain sebagainya
BAB II
RUANG LINGKUP
KERJA PELAT
2.1.
Pengertian, Macam, dan Hasil Industri Kerja Pelat
Di
negara-negara maju, kerja pelat (sheet metal) sudah tidak asing lagi.Namun,
bagi negara-negara berkembang, kerja pelat belum begitu dikenal secara luas.
Karena pengenalan yang sangat terbatas ini, minat mahasiswa untuk mempelajari
kerja pelat sangat kurang dan ini merupakan tantangan bagi dunia pendidikan teknologi.Setelah
mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dapat :
- menyebutkan batasan (definisi) kerja
pelat dengan benar.
- Menyebutkan delapan macam
penngerjaan pelat.
- Menyebutkan enam macam hasil inustri
kerja pelat
1.
Pengertian Kerja Pelat
Yang
dimaksud dengan kerja pelat ialah pengerjaan benda-benda jadi dari pelat tippis
(dibawah 3 mm). Dari pengertian tersebut, istilah tukang kaleng atau tukang
patri tidak tepat bagi pekerja pelat. Sebab pelat (kaleng) dan patri hanyalah merupakan
sarana untuk mencapai tujuan sesungguhnya.
2. Macam
Pekerjaan Kerja Pelat
Pekerjaan
kerja pelat dapat dilakukan dengan keterampilan tangan ataupun mesin dan dapat
juga gabungan dari keduanya, yaitu: menggambar, menggunting, melipat,
melubangi, meregang, pengawatan, mengalur, menyambung, dan lain-lain.
3. Hasil
Industri Kerja Pelat
Industri
kerja pelat di negara kita belum begitu maju. Namun barang-barang yang
diproduksi tidak kalah mutunya dengan barang-barang buatan luar negeri.
Hasil
industri kerja pelat, antara lain : fil ing cabinet, lemari arsip, oven gas,
badan
pesawat
terbang, cerobong, dan saluran AC.
2.2.
Macam-macam Bahan Untuk Pekerjaan pada Kerja Pelat
Pengetahuan
dalam pemilihan bahan-bahan pelat sangat membantu mahasiswa mencapai tujuan
yang diharapkan. Setelah mempelajari macam-macam bahan diharapkan anda dapat:
- Menyebutkan macam-macam baja pelat
dalam perdagangan.
- Menjelaskan
ukuran pelat kasar, menengah, galvanize berdasarkan panjang x lebar x tebal.
Baja
Pelat
a. Pelat
Kasar
Ukuran
tebal pelat kasar 4,75 mm sampai 20 mm dan dapat diperoleh dalam semua ukuran.
Ukuran lebar dan panjangnya ialah 1200 x 2400 mm.
b. Pelat
Menengah
Ukuran
pelat menengah dari 3 sampai 4,75 mm dengan ketebalan naik secara
berturut-turut sebesar 0,25 mm lebih tebal. Ukuran normal atau lebar dan
panjangnya ialah 1200 x 2400 mm.
c. Pelat
Nomor atau logam Lempengan
Ukuran-ukuran
tebal pelat nomor ditentukan dengan nomor menurut BWG
(Birmingham
Wire Gauge). Penomoran ini berlaku juga untuk baja kawat dan baja pita.
Penomoran untuk kawat, menunjukkan ukuran besarnya garis tengah kawat dalam milimeter.
Misalnya kawat bernomor 22, berarti garis tengahnya 1/22 inchi atau 1,15 mm.
ukuran normal adalah 900 x 1800 mm. namun, setelah ada ketetapan dari
Departemen Perindustrian, istilah BWG tidak lagi digunakan. Untuk pelat
galvanize digunakan istilah Bjls yang artinya baja lapis seng. Apabila pada
pelat tersebut terdapat tulisan Bjls 30, itu menandakan bahwa ketebalan pelat
tersebut 0,30 mm; Bjls 40 ketebalan pelat tersebut 0,40 mm.
d. Pelat
Istimewa
Pelat
baja berlubang-lubang, digunakan untuk panel-panel dan kotak pelindung baja
transmisi, dan pelat baja bergigi wafel, digunakan untuk lantai kamar-kamar
mesin geladak kapal, dan sebagainya.
e. Pelat
Berombak yang di Galvanize
Pelat
yang berombak ini dilapisi dengan seng terutama dipakai untuk ayap. Ombaknya
merupakan penguat pada pelat.
Rangkuman
Setelah
macam-macam keterampilan dasar seperti menggambar, menggunting, meregang,
melubangi, melipat, menggabung dan lain sebagainya dikuasai, selanjutnya dapat
dikembangkan pembuatannya berbagai bentuk benda kerja, antara lain, oven gas,
fil ing cabinet, lemari arsip,, saluran AC, dan badan pesawat terbang.
Evaluasi
1.
Apakah arti kerja pelat ?
2.
Sebutkan paling sedikit tujuh macam pengerjaan pelat !
3.
Sebutkan paling sedikit lima macam hasil kerja pelat !
4.
sebutkan paling sedikit lima macam baja pelat dalam perdagangan !
5.
Jelaskan tentang pelat nomor !
BAB III
PERALATAN TANGAN
3.1.
Alat-alat Ukur dan Gambar
Alat-alat
ukur dan gambar sangat penting dalam pengerjaan pelat dan biasanya pemakaiannya
bersama-sama pada awal pekerjaan. Oleh karena itu setelah mempelajari topic ini
diharapkan mahasiswa dapat:
-
Menyebutkan tiga macam alat ukur dan tiga macam alat gambar.
-
Menjelaskan kegunaan alat ukur dan alat gambar dengan benar.
- Mendemonstrasikan
penggunaan alat ukur dan gambar sesuai prosedur.
1.
Mistar Baja
Mistar
baja (penggaris) merupakan alat gambar dan fungsi sebagai alat ukur.Mistar ini
digunakan untk mengukur permukaan yang datar. Skala ukurannya biasanya memakai meter atau inchi
dengan panjang 30, 60, dan 100 cm.
Gambar 1. Mistar
Baja
2. Rol
Meter (Meter Gulung)
Mistar
gulung (rol) berfungsi untuk mengukur benda-benda yang permukaannya melengkung
atau pelat yang berukuran lebar. Kapasitas pengukurannya bermacam-macam,
biasanya 2m, 3m, dan lain-lain.
Gambar 2. Rol
meter
3.
Vernier Caliver (Mistar sorong)
Mistar
sorong selain untuk mengukur ukuran luar dan dalam, juga dapat dipakai untuk
mengukur ukuran kedalaman benda kerja. Ukurannya ada yang menggunakan
centimeter dan ada juga yang menggunakan inchi. Mistar ini dapat mengukur
sampai ketelitian 0,10 mm bahkan sampai 0,20 mm.
Gamabr 3.
Vernier Caliver
4.Penggores
(Sciber)
Penggores
dibuat dari baja carbon dan digunakan untuk menarik garis gambar atau memberi
tanda pada benda kerja.
Gambar 4.
Scriber (penggores)
5.
Penitik (centre punch)
Digunakan
untuk memberi tanda pada bagian yang akan dilubangi atau pada garis-garis
gambar, sudut ujungnya 60odan 90o.
Gambar 5. Centre
punch (penitik)
6.
Jangkapegas (spring term )
Jangka
tusuk mempunyai fungsi utama untuk membuat lingkaran pada benda kerja. Jarak
kedua ujung diukur pada mistar baja.
Gambar
6. Jangka pegas
7. Siku
(square rule)
Siku
berfungsi sebagai alat gambar dan juga sebagai alat untuk memeriksa kesikuan
dan kerataan benda kerja yang belum atau sudah jadi.
Gambar 7. Siku
8.
Gunting pelat (snips)
Ada
delapan macam jenis gunting yang biasa digunakan (Gunting lurus, kombinasi, bul
dog, ganda, lengkung,paruh burung, trayon, dan dirgantara). Gunting ini sangat
penting karena bentuk, konstruksi, dan posisi dari benda kerja sering tidak dapat digunting dengan gunting
mesin, yang harus diperhatikan ialah ketajaman, kerapatan, dan bentuk gunting
yang akan digunakan.
Gambar 8. Gunting pelat (snips)
9.
Pelubang Tusuk (Punch)
Alat
ini dapat berupa bor atau pelubang yang biasa disebut pelubang tusuk (punch).
Hasil pelubang ini lebih baik dari pada bor dan lebih efektif untuk pelat tipis.
Pelubang ini terdiri atas: pelubang tusuk pejal, pelubang tusuk berlubang, pelubang
tusuk bertangkai. Sebagai landasan digunakan kayu, kulit, timah hitam atau
logam lain yang lunak.
Gambar 9.
Pelubang (punch)
10. Palu
(hammer)
Palu
dalam kerja pelat ada dua macam yang sering digunakan yaitu: palu keras (baja)
dan palu lunak. Penggunaan palu disesuaikan dengan benda kerja yang akan
dikerjakan.
Gambar 10. Palu
3.2.
Jenis Sambungan
1. Paku
Keling (Rivet)
Paku
keeling dibuat dari baja lunak, seperti baja lunak, tembaga, alumunium, kuningan,
dan sebagainya dalam berbagai ukuran dan bentuk kepala. Ukuran paku keling
dinyatakan dengan diameter dan panjang badan.
Gambar 11. Paku
keeling (rivet)
2.
Sambungan Lipat
Diantara
sekian banyak sambungan, yang paling banyak digunakan untuk saluran AC ialah
sambungan bilah dan sambungan Pittsburgh. Sambungan bilah penempatannya di
tengah. Alat yang digunakan untuk merapatkan sambungan tersebut batang perapat
lipatan (hand groover). Sambungan Pittsburgh penempatannya pada pojok atau pada
sudut. Pengerjaannya dapat dengan menggunakan mesin lipat atau mesin bilah
pengunci.
3.
Sambungan Solder (soldering process)
Menyambung
dua lempeng logam juga dilakukan dengan cara menyolder, dengan suhu di bawah
420oC. Biasanya penyolderan dilaksanakan pada sambungan tumpang yang kedap air.
Gambar 12.
Proses solder
BAB IV
MESIN-MESIN
KERJA PELAT
4.1.Mesin-Mesin
Kerja Pelat
A. Mesin
Potong (Cutting Machine)
Untuk
mempercepat proses pembuatan benda-benda jadi, diperlukan mesin-mesin yang
dapat dioperasikan dengan tangan dan juga tenaga hydrolik (hydra cut).
Gambar 13. Mesin
potong (hydra cut)
Gambar 14.
Manual Machine
B. Mesin
Potong Lingkaran (Circle cutting machine)
Digunakan
untuk memotong lingkaran, memotong bentuk-bentuk yang tidak beraturan. Lengan
pengatur dapat diatur sesuai dengan diameter yang dikehendaki. Kemampuan
potongnya maksimum 1 mm untuk pelat baja dan 2 mm untuk pelat lunak.
Gambar 15.
Circle cutting machine
C. Mesin
Lipat (Bending machine)
Dengan
menggunakan landasan muka rata ataupun pinggiran lurus. Kita dapat melipat
pelat dengan baik. Tetapi, akan lebih baik lagi hasilnya bila kita menggunakan
mesin lipat karena kecepatannya dan efisiensi kerja terjamin. Kapasitas mesin
dengan tenaga hidrolik maksimum 6 mm, sedangkan untuk mesin manual adalah 1,5
mm.
Gambar 16. Mesin
Lipat Hidrolik dan manual
D. Mesin
Rol (Rolling Machine)
Mesin
rol berguna untuk mengerjakan bentuk-bentuk lengkung atau bulat dengan hasil
permukaan yang rata dan rapi dan untuk keperluan pengawatan dan alur penguat.
Keterampilan mengoperasikan rol merupakan hal yang penting.
Gambar 17. Rol
ing machine
E. Mesin
Las Titik (Spot Welding)
Mesin
las titik pedal lebih besar dan biasanya dilengkapi dengan pendinginan serta
pengatur panas pengelasan. Apabila ada kran air, slang dapat dihubungkan,
sedangkan kran pada pesawat harus terbuka selama mesin digunakan. Kemampuan
pengelasan di bawah 2 mm.
Gambar 18. Spot
Welding
Setelah
mempelajari topic ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. menyebutkan empat macam mesin potong
dengan bagian-bagiannya.
2. mendemonstrasikan
cara memotong pada masing-masing mesin potong
berdasarkan prosedur yang benar (Standar Operation Procedure).
3. menjelaskan
keselamatan kerja pada masing-masing mesin potong dengan mengingat keselamatan kerja untuk
perorangan maupun lainnya dan kemampuan mesin itu sendiri.
Evaluasi
1.
Sebutkan mesin-mesin dalam kerja pelat !
2.
Jelaskan prinsip kerja dari masing-masing mesin!
3.
Jelaskan cara menoperasikan mesin potong lingkaran !
BAB V
PENGERJAAN PELAT
5.1.Pengerjaan
Pelat
Setelah
mempelajari alat-alat tangan dan mesin-mesin kerja pelat, selanjutnya dalam bab
ini akan dipelajari dasar-dasar pengerjaan pelat, di ikuti latihan-latihan
pembentukkan benda-benda dimulai dari yang sederhana hingga yang agak rumit,
bentuk-bentuk benda saling tembus, bentuk-bentuk transisi, dan benda-benda
terpakai lainnya. Setelah mempelajari topik ini diharapkan peserta dapat:
1. mendemonstrasikan cara menggunting lurus,
melengkung ke luar dan kedalam, sesuai dengan gambar dan ukuran pada job sheet.
2. menekuk pelat pada landasan pinggir
lurus dengan menggunakan palu lunak, sesuai dengan gambar dan ukran pada job
sheet.
3. membuat lipatan tepi pada pelat dengan
menggunakan landasan penggir lurus, landasan muka rata dan palu lunak, sesuai
dengan gambar dan ukuran pada job sheet.
4. membuat sambungan lipat dengan
menggunakan hand groover,sambungan bilah, sambungan Pittsburgh sesuai gambar
dan ukuran pada job sheet.
5. membuat sambungan kelingan dengan
menggunakan pembentuk kepala paku keeling dan palu konde sesuai ketentuan
ukuran pada job sheet.
A.
Menggunting dengan Gunting Tangan
Cara
memnggunting lurus adalah sebagai berikut.
a.Letakkan
sebagian pelat pada pinggir meja.
b.Gunakakn
gunting lurus untuk memotongnya
c.Tekan
gagang gunting dan biarkan bagian kanan menggulung.
d.Penekanan
mata pisau jangan sampai putus
B.
Sambungan Kelingan
Langkah-langkah
membuat sambungan kelingan adalah sebagai berikut:
a.
Lubangi bagian yang akan dikeling.
b.
Siapkan paku keeling dengan panjang 2t + 1,5 D (t = tebal pelat dan
D = diameter paku keeling).
c.
Tempatkan kepala paku pada snipper bawah.
d.
Rapatkan kedua pelat dengan memukul snipper bagian atas.
e.
Bentuk kepala paku dengan menggunakan paku konde.
f.
Haluskan kepala paku keeling dengan snipper atas.
C.
Membuat Gambar Bukaan
Modal
utama pembuatan benda-benda dari pelat adalah menguasai gambar bukaan. Bukaan
dari benda-benda sederhana akan sangat menolong dalam menyelesaikan pembuatan
benda-benda terpakai. Satu hal yang mendasari gambar bukaan ialah bagaimana
cara mencari panjang garis sebenarnya. Setelah mempelajari topic ini diharapkan
Mahasiswa dapat:
a.Menggambar panjang garis pada pelat,
dengan cara rotasi, rebahan, dan salib sumbu.
b.Menggambar bukaan kerucut dengan
ketentuan jari-jari bukaan kerucut sama panjang dengan sisi kerucut, bentangan
bukaan sama dengan jumlah pembagian l ingkaran.
c.Menggambar bukaan limas, pipa saling
tembus dan benda transisi dengan ketentuan ukuran sesuai dengan gambar.
D.
Keselamatan Kerja
Keselamatan
kerja merupakan faktor utama dalam bekerja. Oleh karena itu,siapapun harus
mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis. Keselamatan kerja tidak hanya menyangkut orangnya, tetapi juga
alat/mesin serta barang atau benda kerja yang dikerjakan.Setelah mempelajari
topic ini, Mahasiswa diharapkan dapat:
-.Malaksanakan
peraturan-peraturan-peraturan keselamatan kerja sesuai dengan peraturan yang
tertulis maupun yang tidak tertulis.
-.Menggunakan
alat-alat keselamatan kerja sesuai dengan fungsinya.
a. Keselamatan Bagi Operator
Faktor
ketidak hati-hatian dalam bekerja akan menimbulkan cidera bahkan dapat
berakibat fatal. Untuk memncegah hal-hal yang tidak di nginkan tersebut,
sebaiknya Anda mengikuti aturan-aturan sebagai berikut:
-Gunakan
kaca mata bening sewaktu bekerja.
-Gunakan
sarung tangan kulit waktu mengangkat atau membawa pelat.
-Jangan
berada di belakang mesin potong apabila sedang dioperasikan.
-Pada
waktu bekerja jangan bergurau.
-Gunakan
sarung tangan karet dan masker hidung sewaktu mematikan air keras.
-Camkanlah
gambar-gambar keselamatan kerja yang ditempel pada dinding.
b. Keselamatan Alat/Mesin
Umur
suatu alat/mesin tergantung pada pemakaiannya. Oleh karena itu.untuk menjaga
agar umurnya panjang, sebaiknya para pemakai mengikuti aturan berikut ini:
-Pada waktu mengoperasikan mesin, jangan
sampai melampaui beban atau batas maksimumnya.
-Gunakanlah
alat-alat tangan sesuai dengan fungsinya.
-Jauhkanlah alat-alat tangan atau
alat-alat ukur dari api atau cairan yang membahayakan.
c. Keselamatan Benda Kerja
Salah
satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pengerjaan benda kerja adalah
mengikuti petunjuk atau langkah-langkah yang terdapat pada lembar pekerjaan
(job sheet). Untuk itu, Anda harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
-Baca
dan ikuti dengan seksama langkah-langkah kerja pada lembar
pekerjaan.
-Jangan
bekerja sebelum ada petunjuk dari dosen yang mengajar.
-Periksa
dengan seksama mesin yang akan digunakan pada laporan apabila ada kelainan.
-Periksa juga benda kerja yang akan Anda
kerjakan apakah telah sesuaidengan ketentuan pada lembar pekerjaan.
E.Pemeliharaan
Bengkel
beserta isinya harus dipelihara untuk menjaga keutuhan dan umur mesin/alat-alat
yang ada. Jika bengkel bersih, si pemakai akan merasa betah dan juga merasa
aman.
Setelah
mempelajari topic ini, Anda diharapkan dapat melaksanakan pemeliharaan
alat-alat dan mesin-mesin sesuai dengan petunjuk yang sudah ditentukan dan buku
catalog pada mesin-mesin. Pemeliharaan alat/mesin harus secara teratur dan
terus-menerus. Oleh karena itu, sebaiknya di kuti petunjuk-petunjuk sebagai
berikut:
- Tempatkan alat-alat tangan pada
panel untuk memudahkan pengontrolan.
- Pada
tiap-tiap mesin, letakkan kartu pemakaian agar dapat dideteksi lama pemakaian.
- Buatlah daftar perawatan harian,
bulanan, dan tahunan.
- Jangan
membiarkan kerusakan yang sangat kecil sekal ipun, agar nantinya tidak terlalu meerepotkan.
- Gunakan semboyan “Lebih baik
mencegah dari pada memperbaiki”.
BAB VI
MENGENAL PROSES
FRAIS (Milling)
6.1.Pengertian
Proses Frais (Milling)
Proses
pemesinan frais (milling) adalah proses penyayatan benda kerja menggunakan
alat potong dengan mata potong jamak yang berputar.Proses penyayatan dengan
gigi potong yang banyak yang mengitari pisau ini bisa menghasilkan proses
pemesinan lebih cepat. Permukaan yang disayat bisa berbentuk datar, menyudut,
atau melengkung. Permukaan benda kerja bisa juga berbentuk kombinasi dari
beberapa bentuk. Mesin (Gambar 7.1) yang digunakan untuk memegang benda
kerja, memutar pisau, dan penyayatannya disebut mesin frais (milling machine).
Mesin
frais (Gambar 7.2) ada yang dikendalikan secara mekanis (konvensional
manual) dan ada yang dengan bantuan CNC. Mesin konvensional manual posisi
spindelnya ada dua macam yaitu horizontal dan vertikal. Mesin frais dengan
kendali CNC hampir semuanya adalah mesin frais vertikal (beberapa jenis mesin
frais dapat dilihat pada Lampiran 3).
6.2.
Klasifikasi Proses Frais
Proses
frais dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis. Klasifikasi ini berdasarkan
jenis pisau, arah penyayatan, dan posisi relatif pisau terhadap benda kerja (Gambar
7.3).
1. Frais Periperal (Slab Milling)
Proses
frais ini disebut juga slab milling, permukaan yang difrais
dihasilkanoleh gigi pisau yang terletak pada permukaan luar badan alat
potongnya. Sumbu dari putaran pisau biasanya pada bidang yang sejajar dengan
permukaan bendakerja yang disayat.
2. Frais Muka (Face
Milling)
Pada
frais muka, pisau dipasang pada spindel yang memiliki sumbu putar tegak lurus
terhadap permukaan benda kerja. Permukaan hasil proses frais dihasilkan dari
hasil penyayatan oleh ujung dan selubung pisau.
3. Frais Jari (End
Milling)
Pisau pada proses frais jari biasanya berputar pada
sumbu yang tegak lurus permukaan benda kerja.Pisau dapat digerakkan menyudut
untuk menghasilkanpermukaan menyudut. Gigi potong pada pisau terletak pada
selubung pisau dan ujung badan pisau.
6.3.
Metode Proses Frais
Metode
proses frais ditentukan berdasarkan arah relatif gerak makan meja mesinfrais
terhadap putaran pisau (Gambar 7.4). Metode proses frais ada dua yaitu
frais naik dan frais turun.
1. Frais Naik (Up
Milling )
Frais
naik biasanya disebut frais konvensional (conventional milling). Gerak dari
putaran pisau berlawanan arah terhadap gerak makan meja mesin frais (Gambar
7.4). Sebagai contoh, pada proses frais naik apabila pisau berputar searah jarum
jam, benda kerja disayat ke arah kanan. Penampang melintang bentuk beram (chips)
untuk proses frais naik adalah seperti koma diawali dengan ketebalan minimal
kemudian menebal. Proses frais ini sesuai untuk mesin frais konvensional/ manual,
karena pada mesin konvensional backlash ulir transportirnya relatif
besar dan tidak dilengkapi backlash compensation.
2. Frais Turun (Down Milling)
Proses
frais turun dinamakan juga climb milling. Arah dari putaran pisau
samadengan arah gerak makan meja mesin frais. Sebagai contoh jika pisau berputar
berlawanan arah jarum jam, benda kerja disayat ke kanan. Penampang melintang
bentuk beram (chips) untuk proses frais naik adalah seperti koma diawali
dengan ketebalan maksimal kemudian menipis. Proses frais ini sesuai untuk mesin
frais CNC, karena pada mesin CNC gerakan meja dipandu oleh ulir dari bola baja,
dan dilengkapi backlash compensation. Untuk mesin frais konvensional
tidak direkomendasikan melaksanakan proses frais turun, karena meja mesin frais
akan tertekan dan ditarik oleh pisau.
Proses
pemesinan dengan mesin frais merupakan proses penyayatan benda kerja yang
sangat efektif, karena pisau frais memiliki sisi potong jamak. Apabila
dibandingkan dengan pisau bubut, maka pisau frais analog dengan beberapa buah
pisau bubut (Gambar 7.5). Pisau frais dapat melakukan penyayatan
berbagai bentuk benda kerja, sesuai dengan pisau yang digunakan. Proses
meratakan bidang, membuat alur lebar sampai dengan membentukalur tipis bisa
dilakukan oleh pisau frais (Gambar 7.6)
6.4. Jenis Mesin Frais
Mesin frais yang digunakan dalam proses pemesinan
ada tiga jenis, yaitu:
1. Column and knee milling machines
2. Bed type milling machines
3. Special purposes
Mesin
jenis column and knee dibuat dalam bentuk mesin frais vertikal dan
horizontal (lihat Gambar 7.7). Kemampuan melakukan berbagai jenis
pemesinan adalah keuntungan utama pada mesin jenis ini. Pada dasarnya pada
mesin jenis ini meja (bed), sadel, dan lutut (knee) dapat
digerakkan. Beberapa asesoris seperti cekam,meja putar, dan kepala pembagi menambah
kemampuan dari mesin frais jenis ini.Walaupun demikian mesin ini memiliki
kekurangan dalam hal kekakuan dan kekuatan penyayatannya. Mesin frais tipe bed
(bed type) memiliki produktivitas yang lebih tinggi dari pada jenis
mesin frais yang pertama.Kekakuan mesin yang baik, serta tenaga mesin yang
biasanya relatif besar, menjadikan mesin ini banyak digunakan pada perusahaan
manufaktur (Gambar 7.8). Mesin frais tersebut pada saat ini telah banyak
yang dilengkapi dengan pengendali CNC untuk meningkatkan produktivitas
danfleksibilitasnya.
Produk
pemesinan di industri pemesinan semakin kompleks, maka mesin frais jenis
baru dengan bentuk yang tidak biasa telah dibuat. Mesin frais tipe khusus ini (contoh
pada Gambar 7.9), biasanya digunakan untuk keperluan mengerjakan satu jenis
penyayatan dengan produktivitas/duplikasi yang sangat tinggi. Mesin tersebut misalnya
mesin frais profil, mesin frais dengan spindel ganda (dua, tiga, sampai lima spindel),
dan mesin frais planer. Dengan menggunakan mesin frais khusus ini maka produktivitas
mesin sangat tinggi, sehingga ongkos produksi menjadi rendah, karena mesin
jenis ini tidak memerlukan setting yang rumit.
Selain
mesin frais manual, pada saat ini telah dibuat mesin frais dengan jenis yang
sama dengan mesin konvensional tetapi menggunakan kendali CNC (Computer
Numerically Controlled). Dengan bantuan kendali CNC (Gambar 7.10),
maka mesin frais menjadi sangat fleksibel dalam mengerjakan berbagai bentuk
benda kerja, efisien waktu dan biaya yang diperlukan, dan produk yang
dihasilkan memiliki ketelitian tinggi. Beberapa mesin frais yang lain dapat
dilihat pada Lampiran 7.
6.5. Parameter yang Dapat Diatur pada Mesin
Frais
Maksud
dari parameter yang dapat diatur adalah parameter yang dapat langsung diatur
oleh operator mesin ketika sedang mengoperasikan mesin frais. Seperti pada
mesin bubut, maka parameter yang dimaksud adalah putaran spindel (n),
gerak makan (f), dan kedalaman potong (a). Putaran spindel bisa
langsung diatur dengan cara mengubah posisi handle pengatur putaran
mesin. Gerak makan bisa diatur dengan cara mengatur handle gerak makan
sesuai dengan tabel f yang ada di mesin. Gerak makan (Gambar 7.11)
ini pada proses frais ada dua macam yaitu gerak makan per gigi (mm/gigi), dan
gerak makan per putaran (mm/putaran). Kedalaman potong diatur dengan cara
menaikkan benda kerja, atau dengan cara menurunkan pisau.
Putaran
spindel (n) ditentukan berdasarkan kecepatan potong. Kecepatan potong
ditentukan oleh kombinasi material pisau dan material benda kerja. Kecepatan
potong adalah jarak yang ditempuh oleh satu titik (dalam satuan meter) pada
selubung pisau dalam waktu satu menit. Rumus kecepatan potong identik dengan
rumus kecepatan potong pada mesin bubut. Pada proses frais besarnya diameter
yang digunakan adalah diameter pisau. Rumus kecepatan potong:
Di mana:
v = kecepatan potong (m/menit)
d = diameter pisau (mm)
n = putaran benda kerja (putaran/menit)
Setelah kecepatan potong diketahui, maka gerak
makan harus ditentukan. Gerak makan (f ) adalah jarak lurus yang
ditempuh pisau dengan laju konstan relatif terhadap benda kerja dalam satuan
waktu, biasanya satuan gerak makan yang digunakan adalah mm/menit.
Kedalaman
potong (a) ditentukan berdasarkan selisih tebal benda kerja awal
terhadap tebal benda kerja akhir. Untuk kedalaman potong yang relatif besar
diperlukan perhitungan daya potong yang diperlukan untuk proses penyayatan.
Apabila daya potong yang diperlukan masih lebih rendah dari daya yang
disediakan oleh mesin (terutama motor listrik), maka kedalaman potong yang
telah ditentukan bisa digunakan.
6.6. Geometri Pisau Frais
Pada
dasarnya bentuk pisau frais adalah identik dengan pisau bubut. Dengan demikian
nama sudut atau istilah yang digunakan juga sama dengan pisau bubut. Nama-nama
bagian pisau frais rata dan geometri gigi pisau frais rata ditunjukkan pada Gambar
7.12. Pisau frais memiliki bentuk yang rumit karena terdiri dari banyak
gigi potong, karena proses pemotongannya adalah proses pemotongan dengan mata
potong majemuk (Gambar 7.13). Jumlah gigi minimal adalah dua buah pada
pisau frais ujung (end mill).
Pisau
untuk proses frais dibuat dari material HSS atau karbida. Material pisau untuk
proses frais pada dasarnya sama dengan material pisau untuk pisau bubut. Untuk
pisau karbida juga digolongkan dengan kode P, M, dan K. Pisau frais karbida
bentuk sisipan dipasang pada tempat pisau sesuai dengan bentuknya. Standar
ISOuntuk bentuk dan ukuran pisau sisipan dapat dilihat pada Gambar 7.14.
Standar tersebut mengatur tentang bentuk sisipan, sudut potong, toleransi
bentuk, pemutus tatal(chipbreaker), panjang sisi potong, tebal sisipan,
sudut bebas, arah pemakanan, dankode khusus pembuat pisau. Pisau sisipan yang
telah dipasang pada pemegang pisaudapat dilihat pada Gambar 7.15.
6.7. Peralatan dan Asesoris untuk Memegang
Pisau Frais
Proses
penyayatan menggunakan mesin frais memerlukan alat bantu untuk memegang pisau
dan benda kerja. Pisau harus dicekam cukup kuat sehingga proses penyayatan
menjadi efektif, agar pisau tidak mengalami selip pada pemegangnya. Pada mesin
frais konvensional horizontal pemegang pisau adalah arbor dan poros arbor
(lihat kembali Gambar 7.1). Gambar skematik arbor yang digunakan pada
mesin frais horizontal dapat dilihat pada Gambar 7.16. Arbor ini pada
porosnya diberi alur untuk menempatkan pasak sesuai dengan ukuran alur pasak
pada pisau frais. Pasak yang dipasang mencegah terjadinya selip ketika pisau
menahan gaya potong yang relatifbesar dan tidak kontinyu ketika gigi-gigi pisau
melakukan penyayatan benda kerja.
Pemegang pisau untuk
mesin frais vertikal yaitu kolet (collet, lihat Gambar 7.17).
Kolet ini berfungsi mencekam bagian pemegang (shank) pisau. Bentuk kolet
adalah silinder lurus di bagian dalam dan tirus di bagian luarnya. Pada sisi
kolet dibuat alur tipis beberapa buah, sehingga ketika kolet dimasuki pisau
bisa dengan mudah memegang pisau.
Sesudah
pisau dimasukkan ke kolet kemudian kolet tersebut dimasukkan ke dalam pemegang
pisau (tool holder). Karena bentuk luar kolet tirus maka pemegang
pisau akan menekan kolet dan benda kerja dengan sangat kencang, sehingga tidak
akan terjadi selip ketika pisau menerima gaya potong.
Pemegang
pisau (tool holder) standar bisa digunakan untuk memegang pisau frais
ujung (end mill). Beberapa proses frais juga memerlukan sebuah cekam (chuck)
untuk memegang pisau frais. Pemegang pisau ini ada dua jenis yaitu dengan ujung
tirus morse (morse taper) dan lurus (Gambar 7.18). Pemegang pisau
yang lain adalah kepala bor (Gambar 7.19). Kepala bor ini jarak antara
ujung pisau terhadap sumbu bisa diubah-ubah, sehingga dinamakan offset
boring heads. Pemegang pisau ini biasanya digunakan untuk proses bor (boring),
perataan permukaan (facing), dan pembuatan champer (chamfering).
6.8. Alat Pencekam dan Pemegang Benda Kerja
pada Mesin Frais
Alat
pemegang benda kerja pada mesin frais berfungsi untuk memegang benda kerja yang
sedang disayat oleh pisau frais. Pemegang benda kerja ini biasanya dinamakan ragum. Ragum tersebut diikat
pada meja mesin frais dengan menggunakan baut T. Jenis ragum cukup banyak,
penggunaannya disesuaikan dengan bentuk bendakerja yang dikerjakan di mesin.
Untuk benda kerja berbentuk balok atau kubus ragum yang digunakan adalah ragum
sederhana atau ragum universal (Gambar 7.20). Ragum sederhana digunakan
bila benda kerja yang dibuat bidang-bidangnya saling tegak lurus dan paralel
satu sama lain (kubus, balok, balok bertingkat). Apabila digunakan untuk membuat
bentuk sudut digunakan ragum universal (Gambar 7.20), atau bila menggunakan
ragum sederhana bentuk pisau yang dipakai menyesuaikan bentuk sudut yang
dibuat.
Apabila
bentuk benda kerja silindris, maka untuk memegang benda kerja digunakan kepala
pembagi (dividing head). Kepala pembagi (Gambar 7.21) ini
biasanya digunakan untuk memegang benda kerja silindris, terutama untuk
keperluan:
• Membuat segi banyak
• Membuat alur pasak
• Membuat roda gigi
(lurus, helix, payung)
• Membuat roda gigi
cacing
Ragum
biasa yang dipasang langsung pada meja mesin frais hanya dapatdigunakan untuk
mengerjakan benda kerja lurus atau bertingkat dengan bidang datar atau tegak
lurus. Apabila benda kerja yang dibuat ada bentuk sudutnya, maka ragum
diletakkan pada meja yang dapat diatur sudutnya (identik dengan meja sinus).
Meja tersebut (Gambar 7.22), diikat pada meja mesin frais.
Alat
bantu pemegang benda kerja di mesin frais yang lain yaitu meja putar (rotary
table). Meja putar, (Gambar 7.23) ini diletakkan di atas meja mesin
frais, kemudian ragum atau cekam rahang tiga bisa diletakkan di atasnya.
Dengan bantuan meja putar ini proses penyayatan bidang-bidang benda
kerja bisa lebih cepat, karena untuk menyayat sisi- sisi benda kerja
tidak usah melepas benda kerja, cukup memutar handle meja putar dengan
sudut yang dikekendaki. Selain itu dengan meja putar ini bisa dibuat bentuk
melingkar, baik satu lingkaran penuh (360°) atau kurang dari 360°.
Benda
kerja yang dikerjakan di mesin frais tidak hanya benda kerja yang bentuknya
teratur. Benda kerja yang berbentuk plat lebar, piringan dengan diameter besar
dan tipis, dan benda hasil tuangan sulit dicekam dengan ragum. Untuk keperluan
pemegangan benda kerja seperti itu, maka benda kerja bisa langsung diletakkan
di meja mesin frais kemudian diikat dengan menggunakan bantuan klem (clamp).
Berbagai bentuk klem dan baut pengikatnya biasanya digunakan untuk satu benda
kerja yang relatif besar.
Selain
pemegang benda kerja, pada mesin frais juga ada beberapa macam asesoris yang
berguna untuk membantu pengaturan mesin frais, maupun penempatan benda kerja.
Asesoris tersebut misalnya (a) parallel yang berguna untuk meninggikan
posisi benda kerja pada ragum, (b) line finder untuk membantu mencari
posisi garis pinggir benda kerja, (c) line finder dipasang pada kolet,
(d) edge finder yang digunakan untuk mencari posisi pojok benda kerja,
(e) pembatas ragum (vise stop) yang berguna untuk batas peletakan benda
kerja di ragum, (f) pembatas ragum, (g) blok V untuk membantu memegang benda
kerja berbentuk silindris, dan (h) klem (clamp) untuk membantu memegang
benda kerja. Gambar perlengkapan mesin frais tersebut dapat dilihat pada Gambar
7.24.
6.9.
Elemen Dasar Proses Frais
Elemen
dasar proses frais hampir sama dengan elemen dasar proses bubut. Elemen diturunkan
berdasarkan rumus dan Gambar 7.25 berikut.
Benda Kerja:
w = lebar pemotongan (mm)
lw = panjang pemotongan (mm)
lt = lv + lw + ln (mm)
a = kedalaman potong (mm)
Pisau frais:
d = diameter luar (mm)
z = jumlah gigi/mata potong
Xr = sudut potong utama (90o)untuk pisau frais selubung
Mesin frais:
n = putaran poros utama (rpm)
vf = kecepatan makan (mm/putaran)
Rumus-rumus
(7.2 sampai 7.5) tersebut di atas digunakan untuk perencanaanproses frais.
Proses frais bisa dilakukan dengan banyak cara menurut jenis pisau yang digunakan
dan bentuk benda kerjanya. Selain itu jenis mesin frais yang bervariasi menyebabkan
analisis proses frais menjadi rumit. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
bukan hanya kecepatan potong dan gerak makan saja, tetapi juga cara pencekaman,
gaya potong, kehalusan produk, getaran mesin dan getaran benda kerja. Dengan
demikian hasil analisa/perencanaan merupakan pendekatan bukan merupakan hasil
yang optimal.
6.10.
Pengerjaan Benda Kerja dengan Mesin Frais
Beberapa
variasi bentuk benda kerja bisa dikerjakan dengan mesin frais.Perencanaan
proses frais dibahas satu kesatuan dengan beberapa pengerjaan proses frais.
1. Proses Frais
Datar/Rata
Proses
frais datar/rata (dinamakan juga surface milling atau slab milling)
adalah proses frais dengan sumbu pisau paralel terhadap permukaan benda kerja,(Gambar
7.26). Frais rata dilakukan dengan cara permukaan benda kerja dipasang paralel
terhadap permukaan meja mesin frais dan pisau frais dipasang pada arbor mesin.
Benda kerja dicekam dengan ragum biasa, (Gambar 7.20), sebaiknya bagian benda
kerja yang menonjol di atas ragum tidak terlalu tinggi agar benda kerja tidak bergetar,
(Gambar 7.27). Arbor dipasang horizontal didukung oleh spindel mesin dan
penahan arbor di sisi yang lain.
Pisau
yang digunakan untuk proses pengasaran (roughing) sebaiknya dipilih
pisau frais yang ukuran giginya relatif besar, dengan kecepatan potong dipilih
yang minimal dari kecepatan potong yang diperbolehkan untuk pasangan pisau dan
benda kerja yang dikerjakan (Tabel 7.1). Untuk proses finishing pisau
yang
digunakan dipilih pisau
yang memiliki gigi yang relatif kecil dengan kecepatan potong dipilih harga
terbesar dari kecepatan potong yang diijinkan. Gerak makan per gigi ditentukan
berdasarkan ketebalan beram yang diinginkan (direncanakan). Tebal beram dapat
dipilih berdasarkan benda kerja dan pisau yang digunakan, mesin, sistem pencekaman,
dan kecepatan potong. Tebal beram untuk proses frais disarankan seperti pada
Tabel 7.2.
Tabel 7.1 Kecepatan Potong untuk Proses Frais untuk Pasangan
Benda Kerja dan Pisau HSS
a) Untuk pisau karbida
harga kecepatan potong angka pada tabel dikalikan 2.
b) Apabila satuan
kecepatan potong (cutting speed diubah menjadi m/menit angka
pada tabel dibagi 3,28).
Tabel 7.2 Tebal Beram per Gigi untuk Beberapa Tipe Pisau
Frais dan Benda Kerja yang Dikerjakan (Satuan dalam Inchi)
Perhitungan
elemen mesin yang lain (rumus 7.2 sampai 7.5), bisa dilakukan setelah kecepatan
potong dan gerak makan per gigi ditentukan. Perhitungan elemen pemesinan untuk
proses frais yang lain (Gambar 7.28) identik dengan langkah di atas.
2. Proses Frais Roda Gigi
Proses
frais gigi (Gambar 7.29), sebenarnya sama dengan frais bentuk pada Gambar
7.28, tetapi karena bentuknya yang spesifik, serta proses pencekaman dan
pemilihan pisau berbeda maka akan dibahas lebih detail. Dari informasi yang diperoleh
dari gambar kerja, untuk proses frais roda gigi diperoleh data tentang jumlah
gigi, bentuk profil gigi, modul, sudut tekan, dan dimensi bakal roda gigi.
Dari
informasi tersebut perencana proses frais gigi harus menyiapkan: kepala pembagi
(Gambar 7.21), pisau frais gigi, dan perhitungan elemen dasar (putaran spindel,
gerak makan, dan kedalaman potong). Kepala pembagi digunakan sebagai pemegang
bakal roda gigi (dengan bantuan mandrel). Pada kepala pembagi terdapat
mekanisme yang memungkinkan operator mesin frais memutar benda kerja dengan
sudut tertentu.
Kepala
pembagi (dividing head) digunakan sebagai alat untuk memutar bakal roda
gigi. Mekanisme perubahan gerak pada kepala pembagi adalah roda gigi cacing dan
ulir cacing dengan perbandingan 1 : 40. Dengan demikian apabila engkol diputar
satu kali, maka spindelnya berputar 1/40 kali. Untuk membagi putaran pada spindel sehingga
bisa menghasilkan putaran spindel selain 40 bagian, maka pada bagian engkol
dilengkapi dengan piringan pembagi dengan jumlah lubangtertentu, dengan demikian
putaran engkol bisa diatur (misal ½.1/3,1/4,1/5 putaran).Pada piringan pembagi
diberi lubang dengan jumlah lubang sesuai dengan tipenya
yaitu:
1. Tipe Brown and
Sharpe
a. Piringan 1 dengan jumlah lubang: 15, 16, 17, 18,
19, 20
b. Piringan 2 dengan jumlah lubang: 21, 23, 27, 29,
31, 33
c. Piringan 3 dengan jumlah lubang: 37, 39, 41, 43,
47, 49
2. Tipe Cincinnati (satu
piringan dilubangi pada kedua sisi)
a. Sisi pertama dengan jumlah lubang:
24, 25,
28, 30, 34, 37, 38, 39, 41, 42, 43
b. Sisi kedua (sebaliknya) dengan jumlah lubang:
46, 47, 49, 51, 53, 54, 57, 58, 59, 62, 66
Misalnya akan dibuat pembagian 160 buah. Pengaturan
putaran engkol padakepala pembagi sebagai berikut (Gambar 7.30).
•
Dipilih piringan yang memiliki lubang 20, dengan cara sekrup pengatur arah radial
kita setel sehingga ujung engkol yang berbentuk runcing bisa masuk ke
lubang
yang dipilih (Gambar 7.30c)
• Gunting diatur sehingga
melingkupi 5 bagian atau 6 lubang (Gambar 7.30d)
• Sisi pertama benda
kerja dimulai dari lubang no.1
• Sisi kedua dilakukan
dengan cara memutar engkol ke lubang no. 6 (telah
dibatasi oleh gunting)
• Dengan demilian engkol
berputar 1/4 lingkaran
dan benda kerja) berputar
1/4 × 1/40 = 1/160 putaran
• Gunting digeser
sehingga bilah bagian kiri di no. 6
• Pemutaran engkol selanjutnya mengikuti bilah
gunting.
Pemilihan
pisau untuk memotong profil gigi (biasanya profil gigi involute) harus dipilih
berdasarkan modul dan jumlah gigi yang akan dibuat. Nomer pisau frais gigi berdasarkan
jumlah gigi yang dibuat dapat dilihat pada Tabel 7.3. Penentuan elemen dasar
proses frais yaitu putaran spindel dan gerak makan pada proses frais gigi tetap
mengikuti rumus 7.2 dan 7.3. Kedalaman potong ditentukan berdasarkan tinggi
gigi dalam gambar kerja atau sesuai dengan modul gigi yang dibuat (antara 2
sampai 2,25 modul).
Tabel 7.3 Urutan Nomer Pisau Frais Gigi Involut
BAB VII
ISTILAH
PADA MINYAK PELUMAS
7.1.Istilah Pada Minyak Pelumas
- Viscosity
Viscosity adalah kekentalan suatu minyak pelumas yang merupakan ukuran kecepatan
bergerak atau daya tolak suatu pelumas untuk mengalir. Pada temperatur normal,
pelumas dengan viscosity rendah akan cepat mengalir dibandingkan pelumas dengan
viscosity tinggi. Biasanya untuk kondisi operasi yang ringan, pelumas dengan
viscosity rendah yang dianjurkan untuk digunakan, sedangkan pada kondisi
operasi tinggi dianjurkan menggunakan pelumas dengan viscosity tinggi
- Viscosity Index (Indeks viskositas)
Viscosity Index (Indeks viskositas) merupakan kecepatan perubahan kekentalan suatu pelumas dikarenakan
adanya perubahan temperatur. Makin tinggi temperatur suatu pelumas, maka akan
semakin kecil terjadinya perubahan kekentalan minyak pelumas meskinpun terjadi
perubahan temperatur. Pelumas biasa dapat memiliki temperatur sekitar 100⁰C, sedang yang premium dapat mencapai 130⁰C, untuk sinthetis dapat mencapai 250⁰C.
-Flash point
Flash point/titik nyala suatu pelumas adalah menunjukkan temperatur kerja suatu
pelumas dimana pada kondisi temperatur tersebut akan dikeluarkan uap air yang
cukup untuk membentuk campuran yang mudah terbakar dengan udara.
- Fire point
Fire point adalah menunjukkan pada titik temperatur dimana pelumas akan dan terus
menyala sekurang-kurangnya selama 5 detik.
- Pour point
Pour point merupakan titik temperatur dimana suatu pelumas akan berhenti mengalir
dengan leluasa.
- Cloud point
Cloud point keadaan dimana pada temperatur tertentu maka lilin yang larut di dalam
minyak pelumas akan mulai membeku.
- Aniline point
Aniline point merupakan pentunjuk bahwa minyak pelumas tertentu sesuai sifat-sifatnya
dengan sifat-sifat karet yang digunakan sebagai seal dan slang. Hal ini
ditetapkan sebagai temperatur dimana volume yang sama atau seimbang dari minyak
pelumas ada aniline dapat dicampur.
- Neutralisation Number or Acidity
Neutralisation Number or Acidity merupakan ukuran dari alkali yang diperlukan untuk menetralisir suatu
minyak Makin tinggi angka netralissasi maka akan semakin banyak asam yang ada.
Minyak yang masih baru tidak mengandung asam bebas dan acidity numbernya dapat
kurang atau sama dengan 0,1. Sedangkan pelumas bekas, akan mengandung acidity
number yang lebih tinggi.
-Ash
Ash terjadi apabila pelumas habis terbakar maka akan
terbentuk abu (ash) atau abu sulfat. Hal ini berhubungan dengan pengukuran
kemurnian suatu pelumas. (dari berbagai sumber : by
irf/lumasmultisarana/2010)
BAB VIII
TEKNIK
PEMESINAN
8.1.Konsep Proses Manufaktur
Proses manufaktur suatu produk yang berasal
dari bahan logam atau non logam diklasifikasikan menjadi tujuh katagori, yaitu:
- Proses Pengecoran atau
Pencetakan.
- Proses Pembentukan.
- Proses Permesinan
- Proses Perlakuan Panas
(heat treatment)
- Proses Pengerjaan
Akhir (finishing)
- Proses Perakitan
(assembly)
- Proses Inspeksi
-PROSES PENGECORAN DAN PENCETAKAN
Proses pengecoran dan pencetakan adalah
proses pembentukan logam yang berasal dari bentuk cairan, butiran atau serbuk
yang dilakukan pada suatu cetakan dimana bentuknya disesuaikan dengan bentuk
produk yang diinginkan. Bahan logam cair memenuhi ruang cetakan dan setelah
padat maka cetakan dilepaskan sehingga yang tersisa adalah logam dengan bentuk
yang sesuai dengan cetakannya.
- PROSES PEMBENTUKAN
Proses pembentukan merupakan proses lanjut
dari pengolahan bahan hasil pengecoran maupun pencetakan yang biasanya
dilakukan untuk produksi masal. Prinsip dari proses pembentukan adalah merubah
atau modifikasi bentuk dari suatu benda menjadi bentuk yang diinginkan tanpa
melakukan pemotongan sehingga tidak ada serpihan bahan yang dibuang.
Proses pembentukan dapat dilakukan pada
keadaan dingin (cold forming) ataupun pada keadaan panas (hot forming). Bentuk
produk yanng diinginkan dapat diperoleh dengan menggunakan cetakan yang sesuai
dengan bentuk dan ukuran produk.
-PROSES PEMESINAN
Proses pemesinan adalah proses
pemotongan/pembuangan Sebagian bahan dengan maksud untuk membentuk yang diinginkan.
Proses pemesinan yang biasa dilakukan di industri mabufacture adalah proses
penyekrapan (shaping), proses pengeboran (drilling), proses pembubutan
(turning), proses frais (milling), proses gergaji (sawing), proses broaching,
dan proses gerinda (grinding).
a.Jenis-jenis
proses pemesinan
-Proses
Perlakuan Panas (Heat Treatment)
Proses perlakuan panas merupakan proses
pemanasan dan pendinginan logam yang bertujuan untuk meningkatkan sifat mekanik
maupun sifat metalurgi dari logam tersebut. Prposes heat treatment ini menjadi
bagian yang penting dalam proses manufacture terutama untuk memproduksi
produk-produk yang memerlukan kekuatan dan ketahanan tertentu.
-Proses Pengerjaan Akhir (Finishing Process)
Proses finishing dilakukan untuk tujuan
pembersihan (cleaning), penghilangan bagian atau sudut-sudut yang tajam
(deburing, dan untuk melindungi atau menghiasi permukaan produk supaya lebih
menarik. Diantara proses finishing yang biasa dilakukan adalah: proses
cleaning, deburing, painting, plating, buffing, galvanizing, dan anodizing.
Proses cleaning dilakukan untuk membersihkan kotoran berupa, debu, oli tau
setempat (grease), dan kerak yang merupakan sisa dari proses manufacture
ataupun terjadi pada saat handling.
Proses pemesinan, pengecoran dan proses
pengguntingan (shearing) seringkali menghasilkan sisa pemotongan yang tajam dan
hal ini biasa dihilangkan dengan proses deburing. Proses buffing mirip dengan
proses pemolesan dimana permukaan produk dipoles secara mekanis untuk menutupi
pori-pori permukaan benda sehingga lebih halus. Galvanizing dan anodizing
dilakukan biasanya untuk mencegah timbulnya korosi pada produk dan pula
ditujukan untuk keperluan pengecatan.
-Proses Perakitan (assembling)
Proses perakitan merupakan proses
penggabungan/penyambungan komponen-komponen produk/bagian mesin. Proses
assembling biasa dilakukan dengan cara: pengencangan mekanis (mecanical
fastening) seperti penyambungan baut dan rivet, proses penyolderan, pengelasan,
sambungan tekan (press fitting), penyambungan susut (shrink fitting), dan
dengan cara pengeleman (adessive bonding)
-Proses Inspeksi
Proses pengontrolan atau inspeksi terhadap
produk hasil pengerjaan merupakan faktor yang sangat penting walaupun tidak
secara lansung mempengaruhi bentuk maupun sifat produk. Oleh karena itu proses
ini dikatagorikan sebagai rangkaian proses manufacture.
8.2.Konsep Dasar Proses Pemesinan
Proses pemesinan (machining process)
merupakan istilah umum dalam teknik mesin yang pada dasarnya merupakan suatu proses
pembuangan/pemotongan sebagian dari benda kerja sehingga dihasilkan bentuk
produk yang diinginkan. Proses pemesinan
dibagi menjadi 3 katagori, yaitu:
- Proses pemotongan
(cutting) yaitu proses pemesinan dengan menggunakan pisau pemotong
(cutting tool) dengan bentuk geometri tertentu.
- Proses abrasi
(abrasive process) seperti proses gerinda.
- Proses pemesinan
non-tradisional yaitu yang dilakukan secara elektris, kimiawi, dan dengan
bantuan sumber tenaga optic.
8.3.Keuntungan
Dan Kelemahan Proses Pemesinan
-Keuntungan-keuntungan proses Pemesinan
diantaranya adalah:
- Produk yang dihasilkan
memiliki ukuran yang lebih akurat dibandingkan dengan produk hasil proses
pengecoran dan pembentukan. Disamping itu dimungkinkan untuk membuat
bentuk profil pada bagian dalam benda kerja dan membuat sudut geometri
yang lebih tajam.
- Proses pemesinan
diperlukan pada proses finishing terutama untuk produk yang telah
dilakukan perlakuan panas dimana diperlukan proses pemolesan atau gerinda
untuk menghaluskan permukaannya.
- Proses pemesinan lebih
ekonomis untuk mengerjakan produk yang jumlahnya tidak terlalu banyak.
-Kelemahan-kelemahan dari proses pemesinan
diantaranya adalah:
- Proses pemesinan akan menghasilkan banyak
waste atau bahan produk yang terbuang dan biasanya membutuhkan tenaga
kerja yang lebih banyak dan lebih ahli sehingga biaya operasinya menjadi
tinggi.
- Proses pemotongan
biasanya memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan proses
manufacture lainnya.
- Bila proses pemesinan
tidak dilakukan dengan tepat, maka proses pemotongan benda kerja dapat
mempengaruhi sifat-sifat mekaniknya dan kualitas permukaannya.
8.4.Variabel-Variabel
Pemotongan
Proses pemesinan seperti proses bubut,
pengeboran, frais, atau pemesinan bubut pada dasarnya merupakan suatu proses
pembuangan sebagian bahan benda kerja dimana pada proses pemotongannya akan
dihasilkan geram untuk semua proses pemesinan secara umum. Pahat potong
bergerak sepanjang benda kerja dengan kecepatan V dan kedalaman pemotongan to.
Pergerakkan pahat ini mengakibatkan timbulnya geram (chip) yang terbentuk
akibat proses pergeseran (shearing) secara kontinu pada bidang geser.
-Variabel-variabel independent yang merupakan
factor yang mempengaruhi proses pemotongan terdiri dari:
- Bahan pahat potong
- Bentuk pahat dan
ketajaman pahat
- Bahan benda kerja,
kondisi bahan dan temperatur pengerjaan
- Parameter pemotongan
seperti kecepatan potong dan kedalaman pemotongan
- Cairan pendingin
(cutting fluid) yang digunakan
- Karakteristik mesin
yang digunakan seperti kekakuan (stifness) dan sistem damping mesin
-Sedangkan variabel-variabel yang merupakan
akibat dari perubahan variabel-variabel bebas di atas diantaranya adalah:
- Jenis geram yang
dihasilkan
- Gaya dan energi yang
timbul pada proses pemotongan.
- Temperatur yang timbul
pada benda kerja, geram dan pada pahat potong
- Keausan dan kerusakan
pahat potong
- Kehalusan permukaan
pada benda kerja setelah pemotongan
Berbagai ilustrasi dua dimensi pada proses pemotongan
Berbagai perubahan dapat
dilakukan pada variabel-variabel bebas untuk menentukan jenis pemotongan yang
diinginkan, misalnya bila ingin mendapatkan permukaan benda kerja yang lebih
halus maka kecepatan pemotongan dapat ditingkatkan sedangkan kedalaman pemotongan dikurangi. Berbagai studi dilakukan oleh para ahli
teknik manufactur untuk mencari kombinasi yang tepat pada berbagai pengerjaan
dan untuk berbagai jenis bahan benda kerja.
8.5.Konsep Mekanika Pembentukan Geram (Chip
Formation)
Walaupun pada kenyataannya proses pemesinan
dilakukan dengan pisau potong dengan bentuk tiga dimensi namun ilustrasi dua
dimensi sangat berguna untuk mempelajari dasar dari mekanika pemotongan.
Berdasarkan pada gambar pisau potong memiliki sudut potong (rake angle) ά dan sudut cleareance (sudut bebas)
Dari hasil pengamatan dengan mikroskop
diperoleh bahwa geram dihasilkan akibat adanya proses pergeseran (shearing).
Proses pergeseran tersebut berlangsung pada bidang geser membentuk sudut dengan
bidang horizontal benda kerja. Di bawah bidang geser ini material mengalami
deformasi dan disebelah atas terbentuk geram yang bergerak ke arah atas
bergesekan dengan permukaan pisau potong selama proses pemotongan berlangsung.
Oleh karena adanya kecepatan relative antara pergerakan pisau potong dengan
gerakan pembentukan geram maka pada permukaan pisau potong tersebut terjadi
gesekan.
Ilustrasi proses pembentukan beram pada
proses pemotongan
Tebal geram tc dapat ditentukan dengan mengetahui to, ά dan θ. Perbandingan antara to dan tc disebut rasio pemotongan (cutting
ratio), yaitu:
R = to/tc
8.6.Jenis-jenis Bentuk Geram
Secara garis besar bentuk geram dibedakan menjadi empat, yaitu :
- Continous chip (geram
bersambung)
- Built up edge
- Serrated
- discontinuos
1.Continuos Chip
Geram yang bersambung biasanya terbentuk
pada pemotongan berkecepatan tinggi atau
bila sudut potong besar. Deformasi berlangsung pada daerah geser yang sempit
yang disebut zona geser primer. Geram bersambung ini dapat menimbulkan zona
geser kedua pada daerah antara pisau potong dan geram itu sendiri yang
disebabkan oleh gesekan. Daerah ini bertambah dalam bila gesekan antara pisau
ppotong dengan geram semakin besar.
Deformasi juga bisa terjadi pada zona geser
primer yang lebih lebar yang dibatasi oleh garis melengkung. Pada gambar terlihat garis batas bawah
terdapat di bagian bawah permukaan benda kerja sehingga akan timbul distorsi
pada daerah tersebut, situasi ini biasanya timbul pada waktu proses pemotongan
logam lunak dengan kecepatan rendah dan sudut rake yang kecil. Hal ini akan
menyebabkan permukaan yang mempengaruhi properties dari benda tersebut.
Walaupun secara umum geram bersambung dapat menghasilkan permukaan yang bagus,
namun hal ini tidak selalu menguntungkan terutama pada mesin otomotis. Geram
tersebut dapat menimbulkan kemacetan pada dudukan pisau potong, sehingga
prposes pemotongan harus dihentikan untuk membersihkan geram tersebut.
Bentuk-bentuk geram pada proses pemotongan
(a) countinous chip dengan zona geser primer yang pendek dan lurus, (b) zona
geser kedua, (c) countinous chip dengan zona geser primer yang besar, (d)
countinous chip dengan BUE, (e) geram yang tidak homogen dan (f) geram yang
terputus-putus.
2. BUE
BUE chip biasanya terbentuk pada ujung pahat
potong selama proses pemotongan berlangsung. Tumpukan geram ini terdiri dari
lapisan yang berasal dari bahan benda kerja yang secara terus menerus menempel
pada pisau potong. Bila tumpukan lapisan ini semakin banyak maka lapisan ini
akan pecah dan sebagian menempel pada benda kerja sehingga mempengaruhi
kualitas permukaannya.
BUE dapat ditemui pada hampir semua proses
pemotongan dan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas permukaan
hasil pemotongan. Secara umum terjadinya BUE ini akan merubah geometri proses
pemotongan, misalnya akibat adanya tumpukan logam ini akan mengakibatkan radius
pahat potong menjadi besar sehingga permukaan benda kerja menjadi kasar
Distribusi kekerasan pada daerah potongan
untuk bahan baja 3115, (b) Permukaan hasil proses bubut pada baja 5130 pada
saat terjadi BUE dan (c) Permukaan hasil bubut muka pada baja 1018.
Akibat adanya proses pengerasan regangan dan
penggumpalan lapisan logam secara terus menerus maka akan menyebabkan BUE
menjadi sangat keras (perhatikan nomor kekerasan untuk daerah BUE. Meskipun
secara umum pembentukan BUE ini tidak diinginkan dalam proses pemotongan
namun lapisan tipis BUE yang stabil
dapat melindungi pahat potong sehingga
akan mmemperpanjang masa pakai pahat tersebut.
Untuk mengurangi timbulnya BUE
dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kecepatan pemotongan, mengurangi
besarnya kedalaman pemotongan, menambah sudut potong pahat (rake angle lebih
besar), menggunakan pahat potong yang lebih tajam dan dengan menggunakan cairan
pendingin yang lebih baik.
3. Beram Bergerigi (Serrated Chips)
Beram dengan bentuk bergerigi merupakan beram yang semi kontinyu yang
terdiri dari zona regangan geser rendah dan zona regangan geser tinggi. Beram
bentuk ini sering terjadi pada pemotongan logam kuat namun konduktivitasnya
rendah misalnya titanium.
4.Beram Yang Terputus-putus (Discontinous
Chips)
Beram jenis ini adalah beram yang tidak bersambung dan langsung
terputuspada saat proses pemotongan. Beram
jenis ini biasanya terjadi pada kondisi sebagai berikut:
§
Bahan benda kerja yang dipotong
bersifat getas dimana bahan getas tidak memiliki sifat yang tahan terhadap
regangan tinggi selama pemotongan.
§
Bahan benda kerja merupakan
campuran bahan-bahan yang keras.
§
Bila kecepatan potong terlalu
rendah atau terlalu tinggi.
§
Kedalaman pemotongan yang terlalu
besar dan sudut rake yang kecil.
§
Kondisi mesin potong yang kurang
stabil (low stiffness)
§
Pemakaian cairan pendingin yang kurang
efektif.
Oleh karena terjadi pembentukan beram yang
terputus-putus maka akan timbul gaya pemotongan
yang berubah-ubah. Oleh karena
itu diperlukan mesin perkakas yang lebih stabil untuk menghindari terjadinya
getaran yang berlebihan pada saat proses pemotongan berlangsung. Bila getaran
ini tidak bisa ditekan maka hasil pemotongan akan kasar dan akan mengakibatkan
kerusakan pada pisau potong.
Gaya resultan R
diimbangi oleh dua komponen gaya yang sama namun arahnya berlawanan yang
bekerja pada daerah geseran yaitu gaya geser, Fs, dan gaya normal Fn. Dari hukum keseimbangan gaya maka di dapat
persamaan antara gaya-gaya tersebut yaitu:
Fs
= Fc cos Φ – Ft sin Φ
Dan
Fn = Fc sin Φ + Ft cos Φ
Rasio antara gaya F dan N nerupakan koefisien gesek yang terjadi antara
permukaan pisau potong dengan permukaan beram, yaitu:
Koefisien gesek pada proses pemotongan logam
berkisar antara 0,5 sampai dengan 2,0. hal ini menunjukkan bahwa terjadi
gesekan yang besar pada permukaan beram dengan pahat potong.
Meskipun gaya-gaya yang
terjadi pada proses pemotongan adalah hanya beberapa ratus Newton namun gaya
tersebut dapat menyebabkan tegangan lokal yang sangat besar pada pahat potong
karena kontak areanya sangat kecil, dimana panjang kontaknya rata-rata sekitar
1 mm (0,04 in). Hal inilah yang menyebabkan
tegangan yang besar dan mengakibatkan kerusakan pada pisau potong.
Daya pemotongan merupakan perkalian antara
gaya potong dengan kecepatan, maka besarnya daya potong dapat dihitung dengan
rumus :
Daya = Fc x V
Daya ini terbagi pada daerah geseran (energi
diperlukan untuk menggeser material) dan pada permukaan pisau potong (energi
akibat gesekan).Daya yang digunakan untuk menggeser material adalah:
Daya Geser = Fs
x Vs
Bila w adalah lebar pemotongan, maka specific energy geser, Us, adalah :
Daya yang dibutuhkan untuk mengantisipasi gesekan adalah:
Daya Gesek = F x
Vc
Sfesifik energy untuk gesekan adalah:
Total spesifik energy menjadi
Ut = Us + Uf
Pada tabel di bawah ini tertera
besarnya energy spesifik yang diperlukan untuk proses pemotongan berbagai jenis
bahan benda kerja.
Contoh:
Proses permesinan dilakukan terhadap benda kerja dimana to = 0,005 in, V
= 400 ft/min, 10°, dan lebar pemotongan = 0,25 in. dari hasil pengukuran diketahui
tc = 0,009 in, Fc = 125 lb dan Ft = 50 lb. tentukan berapa persen energi yang
digunakan untuk mengatasi gesekan pada permukaan beram dengan pisau potong.
Penyelesaian:
Prosentase energi yang digunakan untuk mengatasi gesekan adalah;
8.7.PROSES PERMESINAN BENDA BENTUK BULAT
Jenis-jenis produk yang berbentuk silinder
atau bulat banyak ditemui pada komponen-komponen mesin dari yang ukuran kecil
sampai yang ukuran besar, misalnya dari mulai baut ukuran kecil sampai besar,
berbagai jenis poros, piston dan silinder, selongsong senjata, poros turbin,
dan sebagainya. Proses pembuatan produk-produk tersebut biasa dilakukan dengan
proses pemotongan pada mesin bubut dimana proses berlangsung dengan cara
memotong sebagian benda kerja yang berputar pada mesin sementara pisau
potongannya diam. Benda kerja untuk proses bubut merupakan bahan setengah jadi
hasil dari proses pengecoran dan pembentukan. Proses bubut dapat dilakukan
untuk memotong berbagai bentuk benda kerja seperti pada gambar.
Berbagai jenis proses pemotongan di mesin bubut
•
a – d merupakan proses bubut
lurus, tirus (conical), kurva dan proses pembuatan alur (grooving).
•
e – f adalah proses bubut muka
(facing) yaitu meratakan permukaan ujung benda kerja, serta untuk membuat tempat O ring (oil seal).
•
g adalah membuat bentuk benda
kerja dengan bentuk tertentu untuk keperluan fungsi maupun penampilan.
•
h adalah proses pembesaran lubang
dan pembuatan alur pada bagian dalam benda kerja.
•
i – j adalah proses pengeboran
dan pemotongan benda kerja
•
k – l adalah proses pembuatan
baut dan proses knurling.
BAB IX
Mesin Bubut
9.1.Komponen-Komponen
Utama
Komponen utama dari mesin bubut terdiri dari
5 bagian, yaitu: landasan (bed), pembawa (carriage), head stock, tailstock, dan
poros berulir (lead screw). Komponen-komponen mesin bubut dapat dilihat secara
skematik pada gambar di bawah ini.
Landasan (bed) merupakan komponen utama mesin
bubut yang berfungsi sebagai penopang/dudukan komponen-komponen lainnya.
Landasan ini bersifat kaku dan terbuat dari besi cor dimana bagian atasnya
dikeraskan supaya tahan gesek dan tahan aus.
Pembawa (carriage) bergerak sepanjang
landasan, komponen ini terdiri dari crossslide, tool post dan apron. Pahat
potong dipasangkan pada tool post dimana posisinya dapat diatur sesuai dengan
arah yang dinginkan.
Headstock merupakan tempat dudukan spindel,
motor penggerak dan gigi-gigi transmisi pengantar kecepatan. Headstock juga
merupakan dudukan tempat pemegang benda kerja serta berfungsi sebagai titik
pusat (center) dari benda kerja.
Poros berulir berfungsi untuk menggerakan
carriage (pisau potong) dengan kecepatan yang telah diatur sesuai dengan jenis
pemotongan yang diinginkan.
9.2.Parameter Proses Bubut
Parameter-parameter utama yang mempengaruhi proses pembubutan
diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Geometri Pahat
Rake angle, berpengaruh terhadap pengontrolan arah dari aliran dan mempengaruhi
kekuatan dari mata pisau. Rake angle positif dapat mengurangi gaya yang terjadi
dan menurunkan temperatur pemotongan.
Cutting edge angle, mempengaruhi pada pembentukan beram, kekuatan pahat dan gaya
pemotongan.
Nose radius, mempengaruhi kehalusan permukaan dan ketahanan mata pisau. Bila
radiusnya semakin kecil maka permukaan benda kerja semakin kasar dan ketahanan
pahat akan menurun.
Sebagai patokan dalam menentukan geometri pahat bubut dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
9.3.Material Remove Rate (Jumlah Bahan Terbuang)
MMR adalah volume material yang dibuang/dipotong per satuan waktu. Untuk
proses turning besarnya MRR dapat dihitung dari gambar berikut:
MRR = (π).(Davg).(d)(f)(N)
Dimana:
Davg = (Do +
Df)/2
f = pemakanan (mm/putaran)
N = jumlah
putaran benda kerja per menit (rpm)
Kecepatan Potong, Pemakanan, Kedalaman Pemotongan, dan waktu Pemotongan.
Kecepatan pemotongan (cutting spead) adalah kecepatan pemotongan pada
permukaan kontak antara benda kerja dengan pisau potong:
V = π . Do . N (m/s)
Dimana:
Do = diameter
luar benda kerjaπ
N = putaran benda kerja (rpm)
Pemakanan (feed) adalah tebalnya pemotongan setiap satu putaran benda
kerja. Besarnya pemakanan ini ditentukan oleh jenis poros berulir pada mesin
bubut. Satuan dari pemakanan adalah mm/revolution
Kedalaman pemotongan (defth of cut) adalah tebal bahan yang dipotong
setiap satu siklus pengerjaan, satuannya adalah mm.
Waktu pemotongan (cutting time) waktu yang diperlukan untuk memotong
benda kerja sepanjang L dalam satu kali operasi, dinyatakan dengan :
Dimana f = pemakanan
Note:
a.
Depth of cut is usually 4 mm for rough turning and 0,7 mm for finish
turning.
b.
Feeds for rough turning range from 0,2 mm/rev for materials with high
hardness, to 2 mm/rev for lower hardness. Finishing cuts require lower feeds.
c.
Cutting speeds are for uncoated tools. Speeds for coated tools from
25-75 percent higher.
d.
Cutting speeds for ceramic tools can be 2-3 times higher than the values
indicated.
e.
Cutting speed for diamond tools is usually 4-15 m/s, depth of cut
0,05-0,2 mm, and feed 0,02-0,05 mm/rev.
f.
As hardness increases, cutting
speed, feed, and depth of cut should be decreased.
g.
Speeds for free machining metals are higher than those indicated.
h.
Speeds for other cutting processes are generally lower by as 75 percent.
Contoh Perhitungan:
Benda kerja terbuat dari stainless steel seri 304 dengan panjang 150 mm
dan diameternya 12 mm dibubut menjadi diameter 11,2 mm. Putaran spindel mesin
bubut adalah N = 400 rpm dan pisau potong bergerak arah aksial dengan kecepatan
200 mm/min. tentukan:
1.
Kecepatan pemotongan
2.
Jumlah material terpotong (MRR)
3.
Waktu pemotongan
4.
Daya yang diperlukan
5.
Gaya pemotongan
Solusi:
1.
Kecepatan Pemotongan
V = π . Do . N
= (3,14)(0,012 m)(400 rpm) = 15,072 m/min
2. MRR
kedalaman
pemotongan adalah:
d = (12 mm –
11,2 mm)/2 = 0,4 mm
Pemakanan (feed)
adalah:
f = (200 mm/min)/400 rpm = 0,5 mm/rev
Diameter rata-rata:
Davg = (12 + 11,2)/2 = 11,6 mm
MRR = (π)(Davg)(d)(f)(N)
=
(3,14)(11,6)(0,4)(0,5)(400)
= 2913,92 mm³/minute =
48,6 mm³/det
3. Waktu Pemotongan
t = L/fN
= (150 mm)/(0,5 mm/put)(400 rpm)
= 0,75 menit = 45 detik
4. Daya dapat dihitung dengan
mengacu ke tabel dan ambil harga rata-rata spesifik energi untuk bahan
stainless steel yaitu:
Spesifik energy = 4 W.s/mm³
Daya potong yg diperlukan
=
Spesifik x MRR
= 4
W.s/mm³)(48,6 mm³/s)
= 194,4
watt
5. Gaya Pemotongan
Gaya
pemotongan adalah gaya tangensial pada titik potong benda kerja yang disebabkan
oleh gerakan pahat potong. Oleh karena daya merupakan perkalian antara torsi T
dan besarnya putaran (dalam radian) per unit waktu, maka:
T = (Daya) /2πN
= (194,4 watt)/(400 rpm)(2 x 3,14) = 4,64
N.m
Oleh karena T =
(Fc).(Davg/2), maka didapat:
Fc = (4,64 Nm) /
(0,0116 m / 2) = 800,6 N
9.4.Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam
Perencanaan Proses Bubut
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan suatu proses bubut
diantara adalah sebagai berikut:
1.
Komponen yang akan dibubut harus dirancang supaya mudah di cekam pada
chuck. Benda-benda tipis berbentuk pelat sangat sukar ditempat pada chuck
sehingga proses bubut untuk bahan pelat supaya dihindari.
2.
Toleransi ukuran supaya tidak terlalu kecil sehingga masih memungkinkan
dapat diproses dengan proses bubut.
3.
Sudut-sudut
tajam pada komponen supaya dihindari oleh karena tidak semua bentuk sudut bisa
dijangkau oleh pisau pootong.
4.
Ukuran material yang akan dibubut diusahakan sedekat mungkin kepada
ukuran benda kerja supaya jumlah langkah proses pembubutan bisa dikurangi.
5.
Bentuk komponen yang akan dibubut
harus direncanakan agar bisa menggunakan bentuk pahat standar yang ada di
pasaran.
6.
Bahan benda kerja harus dipilih dimana bahan memiliki kemampun mesin
(machinabiliyk) yang baik.
BAB X
PROSES
PERMESINAN
10.1.Proses Drilling
Proses pembuatan lubang pada benda kerja yang
biasa dilakukan dengan proses pengeboran (drilling) merupakan proses penting
dalam proses pemesinan. Proses ini biasa dilakukan dengan menggunakan mata bor
(twist drill) dengan berbagai bentuk seperti yang diperlihatkan pada gambar di
bawah ini.
Mata bor yang paling populer dipergunakan
dalam pemesinan yang digunakan untuk pemakaian biasa. Mata bor jenis ini
terdiri dari empat bagian utama yaitu point-angle, lip-relief angle,
chisel-edge angle, dan helix angle. Besarnya ukuran sudut mata bor yang
direkomendasikan untuk bahan HSS dapat dilihat pada tabel.
Jenis-jenis mata bor yang biasa dipergunakan
pada proses pemesinan diantaranya adalah. Step drill untuk membuat
lubang dengan dua atau lebih diameter yang berbeda misalnya pada proses counter
boring dan counter singking, spade-drill adalah mata yang dapat
digunakan untuk membuat lubang bor yang besar dan dalam. Cranskshaft drill untuk
mengebor benda kerja yang lebih kuat misalnya paduan titanium dan gun drill
untuk membuat lubang senjata.
10.2.Proses gun-drilling
1.
Rasio kedalaman lubang terhadap diameter lubang dapat mencapai lebih
dari 300.
2.
Bearing pad (bantalan penahan) pada mata bor jenis gun-drill berfungsi
untuk menahan gaya radial yang arahnya kesamping sehingga akan dihasilkan
lubang yang dalam dengan tingkat presisi yang tinggi.
3.
Pada mata bor terdapat lubang untuk mengalirkan cairan pendingin dimana
disamping berfungsi sebagai pendingin cairan ini membantu mengeluarkan beram
dari benda kerja.
MRR Pada Proses Drilling
Material removal rate pada proses drilling adalah perbandingan antara
volume material yang terbuang dibandingkan dengan waktu yaitu :
Dimana:
D = diameter bor
f = feed
N = rpm
(putaran bor)
Trust Force dan Torsi Drilling
Trust force (gaya pengeboran) pada proses
drilling bekerja dengan arah tegak lurus sumbu lubang. Bila gaya yang timbul
terlalu besar maka akan mengakibatkan mata bor bengkok atau patah. Untuk
menentukan gaya pengeboran dan torsi yang diperlukan dapat dilakukan dengan
memakai tabel 2-1 dan besarnya MRR.
Contoh:
Proses drilling dilakukan pada bahan paduan magnesium dengan diameter
bor sebesar 10 mm, dengan pemakanan sebesar 0,2 mm/rev. spindel bor berputar
pada kecepatan N = 800 rpm. Tentukan MRR dan besarnya torsi pada bor.
Solusi:
Material Removal Rate
(MMR) = (π/4)(10)²(0,2)(800)
= 12560 mm³/min
= 209,3 mm³/s
Dari tabel 2-1 diperoleh specific energi untuk bahan paduan magnesium
adalah : 0,5 watt.s/mm³, maka daya yang diperlukan adalah:
Daya =
(209,3)(0,5) = 105 watt
Daya = Torsi . ώ
= Torsi . ( 2∏.N)/60
Torsi = Daya/N (2π/60)
= 105 watt/(800 x3,14 x2/60)
= 1,25 Nm
Kecepatan putaran mata bor pada poros drilling bisa mencapai 30.000 rpm
untuk diameter mata bor kurang dari 1 mm dan untuk kecepatan potong serta
besarnya pemakanan pada proses drilling yang direkomendasikan dapat dilihat
pada tabel 3.4 dibawah ini:
10.3.Proses Reaming
Proses reaming adalah proses penghalusan lubang hasil proses pengeboran
sehingga ukuran lubang tersebut lebih akurat. Langkah-langkah proses pembuatan
lubang yang lebih akurat tersebut dilakukan dengan tahap-tahap mulai dari proses
centering-proses drilling-proses boring-proses reaming.
Pisau reamer adalah pisau potong untuk proses finishing pada lubang
dengan jumlah mata pisaunya lebih dari satu, baik dengan bentuk lurus maupun
helical. Seperti halnya pahat bubut, bahan pisau reamer terbuat dari HSS dan
carbide.
10.4.Proses Tapping
Proses tapping adalah proses pembuatan ulir pada lubang yang dibuat pada
proses drilling. Bentuk ulir sendiri terbentuk mengikuti alur ulir pada pisau
taper yang biasa terdiri dari tiga atau empat gigi/flutes.
10.5.Proses Permesinan Berbagai Bentuk Komponen
Proses permesinan benda kerja untuk komponen-komponen mesin yang tidak
bulat diantaranya dilakukan dengan proses.
•
Milling (frais)
•
Planing (skrap) and Shapping
•
Broaching
•
Sawing (gergaji)
•
Filling (kikir)
Contoh produk yang diproses dengan cara di atas dapat dillihat pada
gambar 4-1 berikut:
10.6.Proses Milling
Proses milling terdiri dari beberapa jenis yang dibedakan dari bentuk
proses pengerjaannya, diantaranya adalah:
1.
Slab milling (frais datar)
2.
Face milling (frais muka)
3.
End milling
4.
Proses milling lainnya seperti: straddle milling, form milling,
slotting.
5.
Slab Milling
Pada slab milling:
Sumbu putar pisau potong parallel dengan permukaan benda kerja yang akan
di potong.
Pisau potong memiliki jumlah gigi potong yang banyak dimana setiap mata
gigi berfungsi sebagai single-point cutting tool.
Kecepatan potong pada slab milling adalah kecepatan keliling pisau
potong pada diameter terluarnya, yaitu:
V = π.D.N
D = diameter pisau potong
N = kecepatan putaran pisau (rpm)
Tebal beram pada proses slab milling besarnya bervariasi karena adanya
gerakan relative antara pisau dan benda kerja (gambar 4-3). Besarnya beram ini
dapat dihitung dengan persamaan:
f = pemakanan setiap mata pisau
d = kedalaman pemotoongan
CONTOH PERHITUNGAN:
Proses slab milling dilakukan pada benda
kerja dari bahan mild-steel (baja menengah) dengan ukuran panjang 12 in dan
lebar 4 in. Proses dilakukan dengan besar pemakanan f = 0,01 in/mata pisau dan kedalaman
pemotongan d = 1/8 in. Diameter pisau potong adalah D = 2 in dan jumlah giginya
adalah 20, berputar pada putaran N = 100 rpm. Bila lebar pisau potong lebih
besar dari benda kerja, tentukan:
a.
MMR (material removal rate).
b.
Daya yang diperlukan.
c.
Waktu pemotongan.
PENYELESAIAN :
Kecepatan gerakan benda kerja:
v =
f.N.n = (0,01).(100).(20) = 20 in/menit
Material Removal Rate
MMR =
w.d.v = (4 in).(1/8 in).(20 in/menit)
= 10 in³/menit
Dari tabel didapat specific energy untuk baja menengah adalah 3
watt.s/mm³ = 1,1 Hp.min/in³, sehingga daya yang diperlukan pada proses adalah:
Daya =
Spesific energy x MMR
= (1,1).(10) = 11 Hp
Waktu pemotongan adalah:
t = (12
+ 0,5)/20 = 0,625 min
= 37,5 detik
Face Milling (Frais muka)
Face milling:
v
Sumbu putaran pisau pootong tegak luurus dengan permukaan benda kerja.
v
Pisau berputar dengan kecepatan putar N dan benda kerja bergerak lurus
dengan kecepatan v.
v
Face milling bisa dilakukan dengan dwn-milling dan up-milling.
v
Oleh karena adanya gerakan relative antara mata pisau dan benda kerja
maka permukaan benda kerja yang dihasilkan kurang halus (adanya feed mark). Hal
ini dapat diatasi dengan memasang mata pisau penghalus (wiping blade) pada
pisau frais.
Contoh:
Bila diketahui D = 150 mm, w = 60 mm, l = 500 mm, d = 3 mm, v = 0,01
m/s, dan N = 100 rpm (gambar 4-4). Pisau pemotong memiliki 10 mata pisau
(insert) dan bahan benda kerja adalah paduan alumunium kekuatan tinggi.
Tentukan MMR, waktu pemotongan, pemakanan per gigi, dan daya yang diperlukan.
Solusi:
Luas penampang pemotongan adalah w x d = 60 x 3 = 180 mm², kecepatan
benda kerja bergerak adalah v = 0,01 m/s, maka material removal rate adalah:
MMR = 180 x 10 = 1800 mm³/s
Waktu pemotongan:
t = (1 +
2 lc)/v
Dari gambar dilihat lc = D/2 yaitu 75 mm, maka pemotongan adalah:
t = (500
+ 150)/10 = 65 detik
Feed per gigi
f = (600mm/menit)/(100 rpm)(10) = 0,6 mm/gigi
Daya = (1,1).(1800) = 1980 watt = 1,98 kw
-End Milling
Proses end milling
-
Posisi pisau vertical
-
Bisa untuk pemotongan permukaan rata atau profil
Jenis Proses Milling Lainnya
Staddle Milling, dua atau lebih pisau potong dipasang secara bersamaan
untuk memotong benda kerja secara parallel.
Form Milling, proses milling benda kerja dengan bentuk profil tertentu,
termasuk proses pembuatan roda gigi.
Slotting, membuat alur dengan pisau frais (T-slot)
Slotting, memotong benda kerja dengan pisau frais.
BAB XI
MESIN
GERINDA PERMUKAAN
11.1 Definisi Mesin Gerinda
Mesin gerinda merupakan proses menghaluskan permukaan yang digunakan
pada tahap finishing dengan daerah toleransi yang sangat kecil sehingga mesin
ini harus memiliki konstruksi yang
sangat kokoh.
11.2 Jenis-Jenis Gerinda :
11.2.1 Gerinda tangan
Mesin gerinda tangan merupakan mesin yang berfungsi untuk menggerinda
benda kerja. Awalnya mesin gerinda hanya ditujukan untuk benda kerja berupa
logam yang keras seperti besi dan stainless steel. Menggerinda dapat bertujuan
untuk mengasah benda kerja seperti pisau dan pahat, atau dapat juga bertujuan
untuk membentuk benda kerja seperti merapikan hasil pemotongan, merapikan hasil
las, membentuk lengkungan pada benda kerja yang bersudut, menyiapkan permukaan
benda kerja untuk dilas, dan lain-lain.
Mesin Gerinda didesain untuk dapat menghasilkan kecepatan sekitar 11000
- 15000 rpm. Dengan kecepatan tersebut batu grinda, yang merupakan komposisi
aluminium oksida dengan kekasaran serta kekerasan yang sesuai, dapat menggerus
permukaan logam sehingga menghasilkan bentuk yang diinginkan. Dengan kecepatan
tersebut juga, mesin gerinda juga dapat digunakan untuk memotong benda logam
dengan menggunakan batu grinda yang dikhususkan untuk memotong. Untuk
mengetahui komposisi kandungan batu gerinda yang sesuai untuk benda kerjanya
dapat dilihat pada artikel spesifikasi batu gerinda.
Pada umumnya mesin gerinda tangan digunakan untuk menggerinda atau
memotong logam, tetapi dengan menggunakan batu atau mata yang sesuai kita juga
dapat menggunakan mesin gerinda pada benda kerja lain seperti kayu, beton,
keramik, genteng, bata, batu alam, kaca, dan lain-lain. Tetapi sebelum
menggunakan mesin gerinda tangan untuk benda kerja yang bukan logam, perlu juga
dipastikan agar kita menggunakannya secara benar, karena penggunaan mesin
gerinda tangan untuk benda kerja bukan logam umumnya memiliki resiko yang lebih
besar. Untuk itu kita perlu menggunakan peralatan keselamatan kerja seperti
pelindung mata, pelindung hidung (masker), sarung tangan, dan juga perlu
menggunakan handle tangan yang biasanya disediakan oleh mesin gerinda. Tidak
semua mesin gerinda tangan menyediakan handle tangan, karena mesin yang tidak
menyediakan handle tangan biasanya tidak disarankan untuk digunakan pada benda
kerja non-logam.
Untuk memotong kayu kita dapat menggunakan mata gergaji circular ukuran
4″ seperti yang disediakan oleh merk eye brand dan GMT. Untuk memotong bahan
bangunan seperti bata, genteng, beton, keramik, atau batu alam kita dapat
menggunakan mata potong seperti yang disediakan oleh merk Bosch atau Makita.
Untuk membentuk atau menggerinda bahan bangunan juga dapat menggunakan mata
gerinda beton seperti yang disediakan oleh merk Benz. Untuk menggerinda kaca
kita juga dapat menggunakan batu gerinda yang dikhususkan untuk kaca. Tetapi
selain menggunakan batu atau mata yang tepat kita juga harus dapat menggunakan
mesin gerinda tangan yang tepat pula.
Dari beberapa pilihan merk dan tipe mesin gerinda tangan, mesin gerinda
tangan ukuran 4″ adalah mesin gerinda yang banyak disediakan di pasaran. Mesin
gerinda tangan ukuran ini banyak digunakan untuk hobby dan usaha kecil dan
menengah, sedangkan ukuran yang lebih besar biasanya lebih banyak digunakan
untuk industri-industri besar.
Pada mesin gerinda ukuran 4″ beberapa merk terkenal (seperti : Makita,
Bosch, Dewalt) memberikan minimal 2 pilihan yaitu yang standard dan yang
bertenaga lebih besar. Tipe standard biasanya memiliki daya listrik berikisar
antara 500 - 700 watt (Makita 9500N / 9553B, Bosch GWS 6-100, Dewalt DW810)
sedangkan yang bertenaga lebih besar memiliki daya lebih besar dari 800 watt
(Makita 9556NB, Bosch GWS8-100C / CE, Dewalt D28111). Pada dasarnya semua
keperluan cukup menggunakan tipe standard, penggunaan mesin dengan tenaga yang
lebih besar diperlukan untuk benda kerja yang lebih keras, seperti stainless
steel, logam yang lebih keras, keramik, batu alam atau beton. Mesin tipe
standar yang digunakan untuk material-material tersebut umumnya lebih cepat
panas dan berumur lebih pendek, karena pada material yang lebih keras, mesin
bekerja lebih keras sehingga membutuhkan torsi yang lebih besar dan ketahanan panas
yang lebih tinggi.
Khusus untuk benda kerja berupa kaca, karena sifat materialnya, kita
membutuhkan mesin gerinda dengan kecepatan lebih rendah. Dan yang menyediakan
mesin untuk keperluan ini adalah merk Bosch dengan tipe GWS 8-100CE, mesin ini
memiliki fitur berupa pengaturan akecepatan, yang tidak dimiliki merk lainnya.
Dengan demikian kita dapat mengatur mesin pada kecepatan rendah sehingga
mengurangi resiko rusak pada benda kerja. Selain itu karena fitur ini, mesin
gerinda Bosch GWS 8-100CE ini juga dapat digunakan untuk memoles mobil. Cukup
dengan menggunakan piringan karet dan wol poles yang sesuai.
Mesin gerinda tangan adalah mesin yang serba guna, dapat digunakan untuk
menggerinda atau memotong benda logam, kayu, bahan bangunan, kaca dan juga memoles
mobil. Dengan menggunakan mesin dan mata yang tepat maka kita dapat menggunakan
mesin gerinda dengan optimal. Tetapi tak lupa kita juga perlu memperhatikan
keselamatan kerja.
11.2.2 Mesin Gerinda Duduk
Fungsi utama gerinda duduk adalah untuk mengasah mata bor, tetapi dapat
juga digunakan untuk mengasah pisau lainnya, seperti mengasah pisau dapur,
golok, kampak, arit, mata bajak, dan perkakas pisau lainnya.
Selain untuk mengasah, gerinda duduk dapat juga untuk membentuk atau
membuat perkakas baru, seperti membuat pisau khusus untuk meraut bambu, membuat
sukucadang mesin jahit, membuat obeng, atau alat bantu lainnya untuk reparasi
turbin dan mesin lainnya.
11.2.2.1 Komponen-komponen Mesin Gerinda Duduk
Bagian badan mesin yang biasanya terbuat dari besi tuang yang memiliki
sifat sehagai peredam
getaran yang baik. fungsinya adalah untuk menopang meja kerja dan
menopang kepala rumah
spindel.
Bagian poros spindel merupakan bagian yang kritis karena harus berputar
dengan kecepatan tinggi juga dibebani gaya pemotongan pada batu gerindanya
dalam berbagal arah.
Bagian meja juga merupakan bagian yang dapat mempengaruhi basil kerja
proses gerinda karena diatas meja inilah Benda kerja dilelakkan melalui suatu
ragum ataupun magnetic chuck yang dikencanukan pada meja ini.
11.2.1 Power Transmission
Power Transmission grinda dilindungi oleh pelindung tetap sebagai
peredam getaran. Power Transmission grinda berupa spindle.
11.2.2 Point Of Operation
Point Of Operation grinda ini merupakan bagian mesin yang dirancang
untuk mengasah atau rnengikis benda kerja.
11.2.3 Pelindung yang Dapat Diatur
Pelindung ini adalah safety glass, di mana dirancang untuk melindung
bagian atas badan pekerja seperti bagian wajah dari percikan api.
11.2.4 Heavy wheel guard
Heavy wheel guard bertujuan untuk melindung gerinda pada saat berputar
dan merupakan pelindung tetap.
11.2.5 Meja Benda
Meja benda bertujuan untuk mengontrol benda pada saat penggerindaan dan
mempengaruhi hasil dan penggerindaan.
11.2.3 Mesin gerinda Silindris
A. Pengertian
Mesin gerinda silindris adalah alat pemesinan yang berfungsi untuk
membuat bentuk-bentuk silindris,
silindris bertingkat, dan sebagainya. Berdasarkan konstruksi mesinnya, mesin gerinda silindris
dibedakan mejadi menjadi empat macam.
A. Gerinda silindris luar
Mesin gerinda silindris luar berfungsi untuk menggerinda diameter luar
benda kerja yang berbentuk silindris dan tirus.
B. Mesin gerinda silindris dalam
Mesin gerinda silindris jenis ini berfungsi untuk menggerinda benda-benda
dengan diameter dalam yang berbentuk silindris dan tirus.
C. Mesin gerinda silinder luar tanpa center (centreless)
Mesin gerinda silindris jenis ini digunakan untuk menggerinda diameter
luar dalam jumlah yang banyak/massal baik panjang maupun pendek
D. Mesin gerinda silindris universal
Sesuai namanya, mesin gerinda jenis ini mampu untuk menggerinda benda kerja
dengan diameter luar dan dalam baik bentuk silinder
Bagian-bagian mesin gerinda silindris
1) Kepala utama
Bagian yang menghasilkan gerak putar batu gerinda.
2) Spindel utama benda kerja (workhead)
Bagian yang mengatur kecepatan putar dan pencekaman benda kerja.
3) Kaki mesin
Sebagai pendukung mesin.
4) Panel kontrol
Bagian pengatur proses kerja mesin.
5) Meja bawah
Dudukan meja atas.
6) Meja atas
Tempat dudukan kepala lepas di spindel utama benda kerja dan dapat
diatur sudutnya.
7) Kepala lepas (tailstock)
Menyangga benda kerja pada pencekaman di antara dua senter.
8) Perlengkapan pendingin
Tempat pengatur aliran cairan pendingin
c. Perlengkapan Mesin Gerinda Silindris
1) Cekam rahang tiga
Cekam rahang tiga universal ini digunakan untuk mencekam benda kerja
pada saat penggerindaan. Cekam ini dihubungkan langsung dengan motor penggerak.
2) Collet
Collet pada mesin gerinda silinder ber-fungsi untuk mencekam benda kerja
dengan permukaan yang halus.
3) Face Plate
Face plate pada mesin gerinda silinder digunakan untuk menggerinda permukaan
diameter dalam benda kerja. Face plate juga bisa berfungsi sebagai pengganti
ragum (chuck).
4) Pembawa (lathe dog)
Pembawa pada mesin gerinda silindris digunakan untuk mencekam benda kerja
pada pencekaman di antara dua senter.
5) Senter dengan ulir
Pada mesin gerinda silinder alat ini berfungsi sebagai senter penyangga dan
dipasang pada spindel utama benda kerja untuk pencekaman di antara dua senter.
6) Senter tanpa ulir
Senter tanpa ulir ini berfungsi sebagai penumpu benda kerja.
7) Cekam magnet
Cekam magnet pada mesin ini berfungsi untuk mengikat benda kerja berdiameter
agak besar tetapi pendek. Cekam magnet ini mempunyai prinsip kerja yang hampir
sama dengan meja pada mesin gerinda datar.
8) Dial indicator
Dial indicator pada mesin ini digunakan untuk mengoreksi kemiringan meja
mesin.
9) Penyangga tetap (fix steady)
Penyangga tetap ini berfungsi untuk menumpu benda kerja yang cukup panjang,
pada saat proses penggerindaan.
10) Pengasah batu gerinda (dresser)
Dresser digunakan untuk mengasah batu gerinda. Dresser ada dua macam,
yaitu dresser dengan intan tunggal dan dresser dengan butiran intan yang
disatukan.
d. Pencekaman Benda Kerja pada Mesin Gerinda Silindris
Pencekaman adalah proses pengikatan benda kerja sebelum proses pengerjaan,
pengikatan ini bertujuan agar pada saat proses pengerjaan, benda kerja tidak
lepas karena adanya putaran mesin. Berikut ini cara pencekaman benda kerja,
dengan menggunakan alat cekam yang support dengan mesin gerinda silindris. Memasang
dan melepas benda kerja pada sistem pencekaman cekam rahang tiga
a) Untuk menghindari kerusakan ulir spindel utama benda kerja dan cekam,
bersihkan ulir dengan baik.
b) Tekan pena pengunci ketika memasang cekam, agar spindel utama tidak berputar
c) Cekam rahang tiga dipasang pada spindel utama benda kerja dengan cara
memutar searah jarum jam
d) Kunci ring pengikat pada leher cekam dengan kuat untuk menghindari lepasnya
cekam pada saat motor dijalankan
e) Memasang benda kerja dapat dilakukan dengan memutar lubang kunci
cekam searah jarum jam dan sebaliknya untuk melepasnya
Memasang dan melepas benda kerja pada sistem pencekaman di antara dua
senter
a) Lubang poros spindel utama benda kerja, senter, dan lubang poros
kepala lepas harus dibersihkan dengan baik.
b) Senter dipasang pada spindel utama benda kerja dan kepala lepas. Kemudian
pasang pin pembawa pada poros spindel utama benda kerja
c) Benda kerja diikat salah satu ujungnya dengan mengunakan alat pembawa
(Lathe dogg)
d) Jarak antara senter spindel utama benda kerja dan senter kepala lepas
harus diatur lebih pendek (±10 mm) dari panjang benda kerja
e) Untuk menghindari panas akibat gesekan, lumasi kedua lubang senter
benda kerja dengan oli
e. Proses Pemesinan
1) Pemilihan batu gerinda
Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan batu gerinda
yang akan digunakan, antara lain sebagai berikut.
a) Sifat fisik benda kerja, menentukan pemilihan jenis butiran abrasive.
Tegangan tarik tinggi – AL2O3, tegangan tarik rendah – SiC, Boron nitrid dan
intan.
b) Banyaknya material yang harus dipotong dan hasil akhir yang
diinginkan, menentukan pemilihan ukuran butiran abrasive.
c) Busur singgung penggerindaan
Busur singgung besar →Batu gerinda lunak.
Busur singgung kecil →Batu gerinda keras.
2) Faktor yang mempengaruhi tingkat kekerasan batu gerinda
a) Kecepatan putar batu gerinda.
b) Kecepatan potong benda kerja.
c) Konstruksi mesin.
Kecepatan potong adalah faktor yang berubah-ubah dan mempengaruhi
dalam pemilihan tingkat kekerasan batu gerinda.
g. Mengoperasikaan Mesin Gerinda Silindris
1) Saklar utama
Langkah pertama sakelar utama di-”ON”-kan pada saat akan menghidupkan
mesin.Bagian ini berfungsi menghubungkan aliran listrik dari jala-jala listrik
ke mesin.
2) Spindel gerakan meja
Atur spindel gerakan meja dengan memutar searah putaran jarum jam, atur panjang
langkah meja sesuai panjang benda kerja, maka secara otomatis poros spindel
utama benda kerja berputar.
3) Tombol batu gerinda
Tekan sakelar batu gerinda untuk menggerakkan batu gerinda.
4) Spindel meja melintang
Putar spindel meja melintang untuk melakukan pemakanan penggerindaan.
1.2.4 Mesin Gerinda Datar
a. Pengertian
Penggerindaan datar adalah suatu teknik penggerindaan yang mengacu pada
pembuatan bentuk datar, bentuk dan permukaan yang tidak rata pada sebuah benda
kerja yang berada di bawah batu gerinda yang berputar. Pada umumnya mesin
gerinda digunakan untuk penggerindaan permukaan yang meja mesinnya bergerak
horizontal bolak-balik. Benda kerja dicekam pada kotak meja magnetik,
digerakkan maju mundur di bawah batu gerinda. Meja pada mesin gerinda datar
dapat dioperasikan secara manual atau otomatis. Berdasarkan sumbu utamanya,
mesin gerinda datar dibagi menjadi 4 macam.
1) Mesin gerinda datar horizontal dengan gerak meja bolak-balik. Mesin
gerinda ini digunakan untuk menggerinda benda-benda dengan permukaan rata dan
menyudut.Mesin gerinda datar horizontal dengan gerak meja berputar, mesin jenis
inidipergunakan untuk menggerinda permukaan rata poros Mesin gerinda datar
vertical dengan gerak meja bolak-balik, mesin jenis ini digunakan untuk
menggerinda benda-benda berpermukaan rata, lebar, dan menyudut
2) Mesin gerinda datar vertical dengan gerak meja berputar, mesin jenis ini
dipergunakan untuk menggerinda permukaan rata poros (lihat
Berdasarkan prinsip kerjanya mesin gerinda datar dibagi menjadi dua
macam.
1) Mesin gerinda datar semi otomatis, proses pemotongan dapat dilakukan
secara manual (tangan) dan otomatis mesin.
2) Mesin gerinda datar otomatis, proses pemotongan diatur melalui
program
(NC/Numerical Control dan CNC/Computer Numerically Control).
b. Bagian-Bagian Utama Mesin Gerinda Datar
1) Spindel pemakanan batu gerinda
Penggerak pemakanan batu gerinda.
2) Pembatas langkah meja mesin
3) Sistem hidrolik
Penggerak langkah meja mesin.
4) Spindel penggerak meja mesin naik turun
5) Spindel penggerak meja mesin kanan-kiri
6) Tuas pengontrol meja mesin
7) Panel kontrol
Bagian pengatur prises kerja mesin.
8) Meja mesin
Tempat dudukan benda kerja yang akan digerinda.
9) Kepala utama
Bagian yang menghasilkan gerak putar batu gerinda dan gerakan pemakanan.
c. Perlengkapan mesin gerinda Datar
1) Meja magnet listrik
Pencekaman terjadi akibat adanya medan magnet yang ditimbulkan oleh aliran
listrik (lihat Gambar 10.8). Pada mesin gerinda datar yang berfungsi sebagai
pencekam benda kerja adalah meja mesin gerinda itu sendiri.
Proses pencekaman benda kerja menggunakan meja magnet listrik, sebagai
berikut.
a) Permukaan meja magnet dibersihkan dan magnet dalam posisi OFF. Benda
kerja diletakkan pada permukaan meja magnet dan diatur pada posisi garis kerja
medan magnet.
b) Pencekaman menggunakan prinsip elektromagnetik. Batangan-batangan yang
di ujungnya diatur sehingga menghasilkan kutub magnet utara dan selatan secara
bergantian bila dialiri arus listrik.
c) Supaya aliran medan magnet melewati benda kerja digunakan logam nonferro
yang disisipkan pada plat atas pencekam magnet.
d) Melepas benda kerja dilakukan dengan memutuskan aliran listrik yang menuju
pencekam magnet dengan menggunakan tombol on/off.
2) Meja magnet permanen
Pencekaman terjadi akibat adanya magnet permanen yang terdapat pada
pencekam. Pada mesin gerinda jenis ini, magnet yang mengaliri meja bersifat
permanen, proses pencekaman benda kerja menggunakan mesin yang dilengkapi
dengan meja jenis ini hampir sama dengan proses pencekaman benda kerja pada
mesin gerinda datar pada umumnya. Akan tetapi, ada beberapa hal yang membedakan
mesin jenis ini dengan mesin gerinda pada umumnya.
Perbedaan tersebut sebagai berikut.
a) Perbedaannya
terletak pada sumber magnet yang telah dimiliki, tanpa menggunakan aliran arus
listrik (lempengan magnet permanen).
b) Lempengan-lempengan magnet permanen terletak
di antara logam anti magnet yang
dipasang di antara plat atas dan bawah.
c) Plat atas mempunyai plat sisipan anti magnet
yang berfungsi mengarahkan aliran medan magnet.
d) Posisi tuas ”ON”, posisi lempengan magnet
sebidang dengan kutub sisipan di plat atas. Medan magnet mengalir dari kutub
selatan ke kutub luar (plat atas) dan melewati benda kerja diteruskan ke kutub
utara dan plat bawah sehingga benda kerja akan tercekam.
e) Benda kerja diatur pada posisi garis kerja
aliran medan magnet yang terdapat pada pencekam magnet.
f) Posisi tuas ”OFF”, aliran magnet dipindahkan
karena lempengan magnet dan sisipan tidak segaris kerja aliran medan magnet.
Plat atas dan sisipan akan menutupi aliran yang menuju ke benda kerja sehingga benda
kerja tidak tercekam.
3) Ragum mesin presisi
Pencekaman menggunakan ragum mesin presisi adalah benda kerja yang semua
bidang digerinda, di mana antara satu dengan yang lainnya saling tegak lurus
dan sejajar.
11.2.8 Mesin Gerinda Vertikal
Mesin asah rata vertical :
1. Handal untuk memindahkan motor dengan pakai asah
2. Kolom disekelilingnya berputar motor dengan pakai asah
3. Tombol untuk setelan halus
4. Motor listrik dengan pakai asah
5. Pegangan untuk memutar
6. Batu asah segmen
7. Lemari lindung
8. Pelat tambat maknetis
9. kaki
11.3 Batu Gerinda
Penampang roda (batu gerinda yang sering digunakan untuk mengasah
alat-alat potong adalah sebagai berikut : roda rata, roda pembentuk, roda topi/mangkuk,roda
cakra dan roda silinder
Roda gerinda merupakan pahat/pisau penyayatnya dan mesin gerinda, hasil
yang bagus dapat dicapai dengan meng-gunakan tipe yang benar, putaran roda
dalam kecepatan yang sesuai untuk benda kerja yang sedang dikerjakan. Roda
gerinda di buat dari butiran pengasah dan perekat. Susunan dan ukuran iran
pengasah dan macam dari perekat sangat menentukan daan batu gerinda. Pada
setiap batu gerinda biasanya terdapat: bush yang sesuai dengan spindel mesin;
penyekat/pembatas antara flens dengan batu gerinda yang mana sifat-sifat dari
roda gerinda dituliskan juga di sini.
Ada dua jenis butiran pengasahan yang digunakan dalam pembuatan roda
gerinda yakni: aluminium oksid dan silikon karbid.
a Aluminium oksid: adalah pengasah yang dibuat dari bijih aluminium
(bauksit) yang dipanaskan dalam dapur tinggi listrik dalam suhu yang sangat
tinggi (.2100° C).
b Silikon karbid: dibuat dari pasir silika dan karbon dalam dapur
listrik, temperatur dapur yang tinggi mencampurkan silika dan karbon dalam
bentuk kristal silikon karbid, kristal-kristal ini dihancurkan dan
dipisah-pisahkan dengan menggunakan saringan.
Pengasah silikon karbit lebih keras dari aluminium oksid dan digunakan
untuk menggerinda bahan-bahan keras seperti dan keramik. Logam-logam non ferro
jangan digerinda dengan pengasah ini.
Bahan pengasah dihancurkan dan disaring menggunakan saringan sehingga
mempunyai beberapa tingkat kekasaran, ukuran butiran dinyatakan dengan nomor
dari 8 (kasar) sampai 600 (halus sekali), sebagai contoh: ukuran butiran 30
berarti butiran akan menembus penyaring dengan jumlah mata jala 27/inci dan
akan tertahan pada penyaring 33 mata jala per inci.
Biasanya batu gerinda dengan butiran pengasah yang halus akan
menghasilkan permukaan penggerindaan yang halus untuk pekerjaan penyelesaian,
batu gerinda dengan butiran pengasah yang kasar akan menghasilkan permukaan
penggerindaan yang kasar untuk pekerjaan permulaan.
Bila memilih batu gerinda perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: )>
Benda kerja yang digerinda. > Permukaan/hasil penggerindaan yang diinginkan.
> Banyaknya benda kerja yang benda kerjayang akan digerinda/tebal
tipisnya benda kerja yang akan dikurangi dalam penggrindaan
Struktur butiran menunjukkan jarak antara masing-masing butiran
pengasahan dalam batu gerinda, struktur ditentukan oleh ukuran butiran dan
jenis bahan perekatnya
Perekat atau bond adalah suatu bahan perekat yang digunakan untuk
merekatkan butiran pengasah untuk membentuk susunan batu gerinda, jenis perekat
batu gerinda adalah; vitrified, silikat dan organik.
a Vitrified bond: suatu campuran tanah liat dicampur dengan butiran
pengasah pada suhu kira-kira 1100°C - 1350°C, roda gerinda ini peka terhadap
hentakan dan pukulan tetapi tidak berubah karena panas atau dingin dan tidak dipengaruhi
oleh air, asam atau perubahan temperatur.
b Silikat bond: Sodium silikat dicampur dengan butiran pengasah dan
campuran dicetak dengan tekanan untuk membentuk sebuah roda gerinda, sesudah
pengeringan dan perlakuan panas roda gerinda yang dihasilkan mempunyai daya
rekat yang lebih kecil bila dibandingkan dengan vitrified bond. Dengan perekat
ini butiran-butiran pengasah lebih mudah lepas dan pada vitrified bond. Silikat
bond biasanya digunakan perekat pada roda gerinda yang besar. Batu gerinda silikat
bond memotong/mengasah dengan baik dengan menimbulkan kelebihan panas dan
sering digunakan untuk gerinda rata.
c Organis Bond : Roda gerinda jenis organis bond boleh digunakan
kecepatan
putaran tinggi dengan aman dan dapat gunakan dalam pekerjaan kasar.
Kekuatan memegang batu gerinda adalah kemarnpuan perekat memegang
butiran-butiran pengasah melawan pelepasan-pelepasan dan menahan tekanan dalam
penggerindaan. Tingkatan perekat menentukan apakah butiran-butiran pengasah
terikat kuat atau tidak, butiran-butiran pengasah akan mudah terlepas bila
perekatnya renggang, untuk ini kita sebut lunak. Roda gerinda keras bila
perekatnya padat. Kekerasan roda tidak tergantung oleh kekerasan bahan pengasah
tetapi tergantung dari komposisi dan jenis perekatnya. Gunakan roda gerinda
dengan perekat yang keras untuk benda kerja yang lunak.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih batu gerinda yang
sesuai dengan pekerjaan yang dikerjakan adalah :
a Jenis penggerindaan : mungkin pekerjaan dikerjakan pada gerinda rata,
gerinda silinder, gerinda dalam atau gerinda alat, untuk keperluan ini
gerinda dipilih sesuai dengan mesin yang digunakan serta bentuk yang
sesuai dengan keperluan pengerjaan.
b Material (bahan) yang digerinda: bahan benda kerja biasanya dari logam
(metal), dari sifat metal yang dikerjakan kita harus memilih roda
gerinda.
c Jenis pengasah dan perekat: Pada umumnya untuk menggerinda bahan yang
lunak digunakan batu gerinda dengan perekat yang keras dan untuk bahan yang
keras dengan perekat yang lunak.
d Banyaknya bahan yang digerinda : bila bahan yang digerinda cukup besar
gunakan batu gerinda dengan butiran yang kasar. Dalam pekerjaan penyelesaian
dan pengasahan alat-alat potong penggerindaan hanya tipis saja untuk ini
diperlukan batu gerinda dengan butiran pengasah yang halus.
e Permukaan/hasil akhir yang diinginkan : Roda gerinda dengan butiran
pengasah yang kasar dan struktur terbuka menghasilkan hasil akhir yang kasar,
butiran pengasah yang halus dengan struktur tertutup akan menghasilkan hasil
akhir yang halus.
f Busur singgungan : Usahakan bidang singgung antara permukaan batu
gerinda dengan benda kerja sebanyak mungkin.
g Kecepatan roda gerinda : kecepatan roda gerinda tergantung dari jenis
pekerjaan penggerindaan, gunakan kecepatan sesuai dengan standar
kecepatan yang ditentukan oleh pabrik, bila kecepatan rendah harus
digunakan roda gerinda dengan perekat yang kuat. Jangan menggunakan
kecepatan putaran yang lebih tinggi dari yangtelah ditentukan oleh
pabrik.
h Kecepatan benda keria : makin
cepat gerak benda kerja akan
mengakibatkan ausnya/terkikisnya roda batu gerinda, jadi untuk kecepatan
benda kerja yang lebih tinggi diperlukan batu gerinda dengan perekat
yang
lebih keras.
i Kondisi mesin : kondisi dan jenis dari mesin akan menentukan hasil
pada
benda kerja.
j Struktur bahan pengasah dan ukuran butiran : bila kita menentukan roda
gerinda sebaiknya kita pilih sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuat roda gerinda yang bersangkutan.
Memasang batu asah/gerinda pada poros mesin harus memenuhi beberapa
ketentuan, antara lain: diameter luar dan diameter lubang batu gerinda hams
sesuai dengan kapasitas mesin gerinda, dalam hal ini tidak boleh dipaksakan
karena ber-bahaya misalnya kapasitas mesin itu untuk batu gerinda yang
berukuran 8" dan diameter lubangya %" dengan tebal 1" dipasang
batu gerinda yang berukuran lebih dari itu. Sebelum batu gerinda diikat dengan
mur maka pada kedua sisinya harus dipasang Hens sebagai cincin jepit dan agar
supaya daya jepitnya merata, maka antara flens dan batu gerinda dipasang pula
cincin karton atau cincin karet dengan demikian kecil kemungkinan pecahnya batu
gerinda dengan adanya jepitan tersebut.
Masuknya batu gerinda pada poros mesin tidak boleh terlalu longgar jika
sanggat longgar akan mengakibatkan tidak sepusatnya perputaran batu itu yang
berarti pula hasil asahanya tidak akan baik, juga bagi mesin itu sendiri akan
mengakibatkan getaran-getaran poros dengan batu yang lambat laun dapat
memecahkan batu tersebut.
Pemilihan roda gerinda biasanya berdasarkan pada,
- Bahan dan kekerasan benda yang digerinda, untuk bahan dengan
kekuatan tarik tinggi, digunakan roda gerinda dari Aluminium oksida.
Bahan tersebut antara lain, Baja karbon, Besi tempa, Perunggu kenyal, Tungsten,
Baja campuran , dll. Untuk bahan dengan kekuatan tarik rendah, yaitu Besi
kelabu, Kuningan, Perunggu, Aluminium, tembaga, granite, dll. Gunakan roda
gerinda Silicon carbida. Selain itu, gunakan roda gerinda keras untuk bahan
yang lunak, dan roda gerinda lunak untuk bahan yang keras.
- Volume bahan yang digerinda, untuk volume bahan buangan yang
besar gunakan roda gerinda yang berbutir besar dan kasar, termasuk bahan
yang liat. Sedangkan roda gerinda berbutir halus digunakan untuk volume sedikit
(tipis untuk finishing), termasuk bahan yang keras.
- Besarnya busur singgungan antara roda gerinda dan benda kerja,
busur singgungan besar berarti luasan gesekan juga luas, maka roda
gerinda cepat aus. Untuk itu gunakan roda gerinda lunak dengan butiran yang
besar. Sedangkan untuk busur singgungan kecil atau sedikit, gunakan roda
gerinda yang keras dengan butiran halus.
11.4 Prinsip kerja mesin gerinda
Prinsip kerja dari mesin penggerindaan ini adalah dimana sebuah batu
gerinda digerakkan dengan menggunakan sebuah motor AC. Yang mana dibantu dengan
motor stepper. Fungsi dari motor stepper ini sendiri adalah untuk menggerakkan
sebuah Linear, dimana gerakan dari motor stepper itu menaik menurunkan, memaju
dan memundurkan Linear.
11.5 FUNGSI MESIN GERINDA
1. Menggerinda Permukaan Sejajar
Dalam menggerinda suatu benda kerja kita tidak selalu mendapatkan benda
kerja dalam keadaan yang sudah rata, untuk itu kita perlu membuat suatu
pedoman, dalam menggerinda suatu kerja belum rata, sebaiknya tidak kita gunakan
cekam magnet pada ragum, sesudah kita buat bidang pedoman kita pindahkan pada
cekam magnet.
2. Menggerinda Permukaan Vertikal
Untuk mengerinda dua permukaan vertical pada benda kerja berturut-turut
sebagai berikut :
Pilih roda
gerinda yang sisi-sisinya baik atau kalau tidak ada perbaiki lebih dahulu
permkaaan atau sisi roda gerinda yang ada dengan menggunakan pengasah intan
(diamond dresser).
Pasang benda
kerja pada cekam magnet pada kedudukan yang sesuai untuk penggerindaan.
Periksa karatan benda kerja menggunakan dial indicator (jam ukur).
Atur pembatas otomatis gerak meja sesuai dengan langkah yang
diinginkan.
Gerinda permukaan bagian belakang dengan menggunakan gerakan meja.
Pindah roda
gerinda ke depan untuk menggerinda permukaan benda kerja bagian depan, periksa
kedudukan benda kerja.
Gerinda sisi muka benda kerja dengan menggunakan gerakkan meja.
3. Menggerinda Pahat
Perriksa secara visual keadaan sudut potong, pertahankan jika sudah
betul.
Pegang pahat
dengan tangan kiri dan sangga (sokong) dengan tangan pada dudukan.
Pegang kepala
pahat dengan tangan kanan dan gerakkan sehingga sisi potong perlahan-lahan ke
muka dank e belakang dan gerakkan pahat melintang bidang roda gerinda.
Balikkan pahat dan gerinda sisi potong lain.
4. Menggerinda Bor:
Periksa secara
visual keadaan sudut potong dan yakinkan apakah sudah betul atau masih
memerlukan perbaikan.
Dukung mata
bor kira-kira 40 mm dan ujung sisi potong dengan satu tangan dan pegang tangkai
bor dengan tangan lain.
Tepatkan sisi
potong bor pada roda sedemikian sehingga sejajar dengan bidang roda.
Tempatkan jari
sedekat mungkin kepada ujung bor pada dudukan dan sisi potong sedikit menyentuh
tepi roda.
Gunakan
pendinginan untuk penggerindaan ini guna mencegah pemanasan lebih.
Berikan
tekanan ringan ke muka dan gunakan dudukan sebagai titik kendali, turunkan
perlahan lahan tangan yanh memegang gagang bor pada saat menekan mata bor.
(SUMBER : DEDY RUSMADI, 1998)
11.6 ALAT-ALAT PERLENGKAPAN
1. Kaca Pelindung
Kaca pelindung ini harus di gunakan karena agar terhindar dari kerusakan
mata. Saat menggerinda suatu permukaan benda akan timbul radiasi atau suatu
permukaan benda akan timbul radiasi atau percikan bunga api yang sangat keras,
maka dari itu penggunaaan kaca pelindung saat bekerja perlu digunakan.
2. Slop Tangan
Tangan merupakan bagian tubuh yang paling penting saat menggerinda. Maka
untuk bekerja dengan selamat dan hasil gerinda yang diharapkan memuaskan maka
disarankan memekai pelindung gerinda.
3. Masker
Selain kaca pelindung digunakan juga masker mulut supaya
serpihan-serpihan benda yang di gerinda dan loncatan bunga api bias
diantisipasi mengenai mulut.
4. Sepatu Besi
Benda-benda yang digerinda bukanlah benada ringan melainkan benda-benda
berat (logam) seperti besi, aluminium dan lain-lain. Jika suatu saat benda
barat itu jatuh lalu menimpa kaki, maka bisa di hindarkan (SUMBER : YUSUF
RAHMAN,1992).
Komentar
Posting Komentar